REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan figur teladan pendiri Nahdlatul Wathan (NW). Banyak pihak di Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk Pemerintahan NTB merasakan kontribusi beliau di berbagai bidang secara nyata. Sehingga banyak yang mengusulkan pendiri NW tersebut menjadi pahlawan nasional.
Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi menyampaikan, sebenarnya diusulkannya Tuan Guru M. Zainuddin menjadi pahlawan nasional karena kontribusi beliau untuk bangsa dan negara sangat nyata. Kontribusinya sebelum kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.
Sebelum kemerdekaan sekitar tahun 1934, beliau membangun pengkaderan anak-anak bangsa dalam satu tempat. Tempat tersebut disebut Al-Mujahidin (para pejuang). "Dari Al-Mujahidin inilah kemudian disiapkan kader-kader yang pada tahun 1946, sebagian di antaranya menyerbu (tentara NICA) di Selong, Lombok Timur," kata M. Zainul kepada Republika.co.id saat Seminar Nasional dari Nahdlatul Wathan untuk Indonesia di UNJ, Rabu (5/4).
Saat penyerbuan tersebut, diceritakan dia, bukan hanya murid beliau yang berjuang. Bahkan adik beliau ikut menyerbu untuk mempertahankan NKRI. Jadi, Tuan Guru M. Zainuddin yang mengatur strategi penyerbuan bersama beberapa pejuang lainnya. Murid-muridnya dan adiknya syahid dalam pertempuran tersebut.
Mereka yang syahid dalam pertempuran tersebut dimakamkan di taman makam pahlawan Rinjani, Lombok Timur. M. Zainul menegaskan, ini kontribusi fisik pendiri Nahdlatul Wathan, kontribusi perang secara fisik saat sebelum kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Pascakemerdekaan, perjuangan Tuan Guru M. Zainuddin mengisi kemerdekaan terus berlanjut.
"Lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan sudah lebih dari seribu, wajah NTB terutama dalam mengokohkan Islam yang rahmatan lil'alamin, itu adalah kontribusi utama beliau," jelasnya.
M. Zainul yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) menjelaskan, NTB merupakan daerah mayoritas Muslim. Meski demikian, di Lombok dan Sumbawa kerukunan bisa terjaga, kondusif dan harmonis. Penghayatan keagamaan di NTB tidak menciptakan ketegangan sosial. Menurutnya, hal ini terjadi karena kontribusi Tuan Guru M. Zainuddin. Sebab, dari awal beliau memahami antara Keislaman dan Keindonesiaan tidak boleh dipisahkan.
Dikatakan dia, pihaknya melihat kontribusi yang luar biasa dari pendiri Nahdlatul Wathan saat sebelum kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan. "Kami dari pemerintah daerah memfasilitsi agar kemudian beliau diusulkan sebagai pahlawan nasional," ujarnya.