REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud, mengingatkan cara Rasulullah menjaga toleransi. Ia menilai, itu semua sudah dicontohkan Nabi SAW ketika membangun Madinah, termasuk melalui ta'aruf atau saling mengenal.
"Sudah dicontohkan Rasulullah saat buat negara Madinah, dibuat program ta'aruf dan mempersatukan muhajirin dan anshar," kata Marsudi di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa (21/3).
Marsudi mengatakan, program itu dibuat untuk menjaga toleransi ke sesama Muslim, mengingat ada dua kelompok umat Islam yang ada kala itu. Namun, kata dia, Rasulullah tidak lantas begitu saja melupakan umat beragama lain yang ada saat itu.
Apalagi, saat itu, Madinah tidak cuma ditinggali Muslim saja, melainkan ada Nasrani, Manjusi, dan Yahudi. Karenanya, Piagam Madinah selanjutnya dibuat demi menjaga semua umat beragama yang ada dan jadi contoh terbaik toleransi bagi umat Islam.
"Jadi, mereka sama-sama menjaga, satu-kesatuan di dalam bingkai negara Madinah," ujar Marsudi.
Ternyata, cara itu, digunakan pula para pendiri bangsa seperti KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan, untuk membangun Republik Indonesia. Melalui tasawuf, keduanya yang telah mendirikan NU dan Muhammadiyah, mengejawantahkannya demi membangun Indonesia.
"Hasilnya, Nusantara jadi negara dengan mayoritas Islam yang rahmatan lil alamin," kata Marsudi.
Marsudi menekankan, tanpa nilai-nilai tasamuf, tidak akan bisa Indonesia berdiri dan mampu bertahan hingga sekarang. Menurut Marsudi, jika para penerus bangsa mampu menerapkan nilai-nilai tasawuf itu saat ini, niscaya Indonesia mampu jadi bangsa yang kuat.