Kamis 28 Nov 2019 15:46 WIB

PBB Tekankan Agama Sebagai Faktor Penting dalam Pembangunan

Agama faktor penentu dalam pembangunan dan diplomasi.

Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— Satuan Tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Agama dan Pembangunan menggelar dialog Pertukaran Pembelajaran Strategis atau Strategic Learning Exchanges dalam tingkat regional. Dialog untuk membangun kerjasama antar-agama dan kaitan dengan pembangunan dan diplomasi di kawasan.

Pimpinan United Nations Inter-Agency Task Force on Religion and Development, Azza Karam, saat dijumpai di sela-sela acara di Jakarta, Kamis (28/11), mengatakan dialog tersebut mempertemukan pihak PBB dengan organisasi-organisasi non-pemerintah berbasis agama, sebagai mitra multilateral.

Baca Juga

“Kita dapat belajar dari satu sama lain tentang bagaimana keagamaan berpengaruh terhadap berbagai upaya yang kita lakukan dan bagaimana kita bekerja dengan mitra-mitra berbasis agama dan juga masyarakat,” katanya.

Azza, yang juga merupakan Ketua Fasilitator UN Strategic Learning Exchanges (SLE) on Religion, Development and Humanitarian Issues itu, mengatakan secara strategis, agama adalah hal penting yang seringkali bersentuhan dengan isu lain, baik dalam pembangunan, perdamaian dan keamanan, serta hak asasi manusia.

 

“Jadi SLE ini adalah tentang bagaimana kita dapat berinteraksi yang lebih baik dengan satu sama lain sebagai bagian dari kemitraan untuk pembangunan berjangka panjang yang sudah sering kita gaungkan,” kata Azza.

Lokakarya tingkat regional itu mengundang perwakilan dari berbagai organisasi berbasis agama dari berbagai negara dari berbagai negara, seperti Abbot Wat Saket dari Thailand, Karen Baptist Association dari Myanmar, serta Council of Islamic Ideology dari Pakistan. Mewakili Indonesia, turut hadir pula Lazis Muhammadiyah, Nadhlatul Ulama, serta Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia.

Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah pada gelaran SLE ke-11 ini, menurut Azza, karena identitas Indonesia yang penuh dengan inklusivitas, keberagaman, dan persatuan yang harmonis.

"Ada kekayaan sejarah dan komposisi multi-kultural dari Indonesia yang sangat cocok dengan acara ini. Beberapa dari organisasi keagamaan terbesar juga ada di sini,” katanya.

Acara tersebut turut didukun  Kedutaan Besar Belanda dan Kedutaan Besar Swiss di Jakarta sebagai mitra penyelenggara, UNFPA, Uni Eropa, serta berbagai mitra berbasis agama di kawasan dan di Indonesia, seperti Netherlands-Indonesia Consortium for Muslim-Christian Relations, PGI, PERSETIA, dan Pusat Studi Agama dan antar kebudayaan Universitas Gadjah Mada.      

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement