Sabtu 18 Mar 2017 16:43 WIB

Adab-Adab Berdoa

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
berdoa
berdoa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Taklim Al Sidra Al Hidayah menggelar kajian rutin di Masjid Al Hidayah, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (9/3). Pada kesempatan tersebut, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Hidayah mengusung tema kajian tentang adab-adab berdoa.

Untuk membahas tema kajian tersebut, DKM Al Hidayah mengundang Ustaz Ishom Aini sebagai pemateri. Adapun waktu kajian dilaksanakan bakda Magrib dan diteruskan hingga bakda Isya. Sebelum membahas perihal adab-adab berdoa, Ustaz Ishom terlebih dulu menerangkan waktu yang tepat untuk berdoa. Ia mengatakan, terdapat beberapa waktu yang tepat untuk mengirimkan doa kepada Allah SWT. Salah satunya adalah ketika jeda antara azan dan ikamah sebelum menunaikan shalat fardu.

Ia menilai, rentang waktu antara azan dan ikamah memang sangat singkat. "Waktunya memang singkat, tapi ini salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa," ujar Ustaz Ishom. Ustaz Ishom memberikan saran kepada DKM Al Hidayah agar menyediakan waktu yang cukup kepada jamaah untuk menunaikan shalat sunah sekaligus berdoa sebelum melaksanakan shalat fardu. Menurut dia, masih banyak masjid, khususnya di sekitar Jabodetabek, yang belum menyediakan waktu memadai bagi jamaahnya untuk menunaikan shalat rawatib, kemudian berdoa.

Namun, bila penyediaan waktu yang memadai tidak dimungkinkan oleh pengelola masjid, Ustaz Ishom mengimbau jamaah agar pandai memilih doa yang ringkas, tapi tetap memiliki kandungan yang dahsyat. "Misalnya, doa sapu jagad. Semua kebaikan dunia dan akhirat terkandung dalam doa ini," ucapnya.

Ustaz Ishom menerangkan, Rasulullah SAW pernah bersabda, berdoa di waktu antara azan dan iqamah tidaklah ditolak. Namun, tentu tetap harus memperhatikan adab-adab. Misalnya, kata dia, diawali dengan puji-pujian kepada Allah SWT. Dalam prosesnya, seseorang yang tengah berdoa harus menjaga kekhusyukannya. "Jadi, kita benar-benar memohon. Sebab, Allah SWT tidak akan menerima doa yang bersumber dari hati yang lengah dan lalai," ujar Ustaz Ishom menjelaskan.

Selain itu, ketika berdoa, seorang hamba harus yakin bahwa doanya akan dikabulkan Allah SWT. "Jangan ragu atau pasrah. Pasrah di sini maksudnya kita jangan berpikiran bahwa dikabulkan syukur, tidak dikabulkan pun tidak apa-apa. Harus yakin kepada-Nya," ujar Ustaz Ishom. Selain yakin dan khusyuk, Ustaz Ishom mengatakan, ketika berdoa, sebaiknya tidak tergesa-gesa. Bila memungkinkan, doa yang diajukan sebisa mungkin diulang-ulang dengan tuturan yang tenang dan khusyuk.

Setelah doa selesai dilafazkan, sebaiknya ditutup dengan salawat. "Sebab, doa itu akan terkatung-katung antara bumi dan langit sebelum dilantunkan salawat," ujar Ustaz Ishom.

Ketua Panitia Kajian Majelis Taklim Al Sidra Al Hidayah Deny Kurniawan mengatakan, kajian di Masjid Al Hidayah digelar hampir setiap hari, kecuali hari Jumat. Untuk penyelenggaraan kajian-kajian tersebut, majelisnya juga bekerja sama dengan majelis taklim lain. "Jadi, di sini juga ada majelis taklim teman-teman yang bekerja di Pertamina. Kita biasa berkolaborasi dengan mereka dalam menyelenggarakan kajian di sini," ucapnya.

Perihal tema kajian, menurut Deny, biasanya diserahkan kepada pemateri atau narasumber yang diundang. Meski demikian, pada momen-momen tertentu, pengurus DKM biasanya mengusulkan tema kajian kepada ustaz yang datang. Misalnya, ketika polemik surah al-Maidah ayat 51 beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, kajian rutin di Masji Al Hidayah memang memiliki beberapa tujuan. Yang paling utama adalah melestarikan ilmu-ilmu sunah serta menambah keilmuan Islam jamaah.

Selain kajian, Majelis Taklim Al Sidra Al Hidayah, Deny mengungkapkan, juga memiliki program atau kegiatan sosial, yaitu berupa pos kesehatan. "Untuk pos kesehatan ini kita bekerja sama dengan Dompet Dhuafa. Target dari pos kesehatan ini adalah melayani kebutuhan warga sekitar Masjid Al Hidayah dalam hal kesehatan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement