REPUBLIKA.CO. DEPOK -- Bagi amil zakat, mengelola zakat tak cuma butuh modal semangat tapi juga kompetensi. Meski belum jadi bagian yang diwajibkan otoritas perzakatan, LAZ BUMN ingin amil zakat mereka kompeten.
General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) Dwi Iqbal Noviawan mengatakan, LAZ BUMN punya infrastruktur memadai. Pengelola LAZ BUMN sendiri kombinasi dari dalam manajemen dengan SDM dari luar.
SDM dari internal manajemen ini punya semangat untuk mengelola. Tapi saat dana zakat terhimpun, yang dibutuhkan kemudian tidak hanya cukup modal semangat, tapi butuh kompetensi pengelolanya.
''Jadi, tujuan besar pelatihan amil zakat LAZ BUMN adalah kompetensi,'' kata Iqbal di sela-sela Pelatihan Amil LAZ BUMN di Depok, Jawa Barat, Jumat (17/3).
Di sisi syarat keroganisasian, LAZ BUMN juga sudah memenuhi syarat. Meski belum ada syarat dari regulator agar amil bersertifikat, tapi LAZ BUMN mengambil langkah lebih dulu untuk melakukan itu. ''Sehingga LAZ tidak melulu memikirkan soal aspek sosial saja, tapi juga profesionalisme amil untuk menangai fokus itu,'' kata Iqbal.
Di YBM BRI sendiri, SDM harus memiliki pengetahuan (knowledge), sikap (attitute), dan praktik yang benar (practice) dalam mengelola zakat. Selain itu semua, SDM LAZ BUMN juga tidak boleh melupakan ada kultur lokal lembaga. Itu sebabnya, dalam Pelatihan Amil LAZ BUMN bersama Sekolah Amil Indonesia, juga ada sesi khas lembaga
Perubahan Dewan Direksi BRI yang baru dilakukan pekan ini juga akan baik-baik saja bagi YBM. Dewan direksi sendiri masuk dalam struktur Dewan Pembina.
''Sejauh ini oke-oke saja. Tinggal level intention-nya. Direktur utama BRI yang baru sudah pernah menjadi direksi di BRI sebelumnya, jadi kami yakin beliau paham dengan zakat dan YBM,'' ungkap Iqbal.