REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal Ramadhan 1438 H (2017) diprediksi akan jatuh pada tanggal yang sama pada 27 Mei 2017. Karena itu, Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengusulkan tak perlu digelar sidang itsbat sebagai bentuk efisiensi anggaran.
Abdul Mu'ti menjelaskan, pada 26 Mei, posisi hilal sudah delapan derajat, sehingga bagi yang menggunakan metode rukyatul hilal sudah bisa melihat hilal. Kemungkinan besar awal Ramadhan akan jatuh pada tanggal yang sama pada 27 Mei 2017.
''Kalau delapan derajat hilal sudah pasti bisa dilihat, tidak usah Isbat. Kementerian Agama tinggal minta laporan perwakilan di daerah dan dari ormas. Ini akan jadi efisiensi anggaran yang bermakna,'' kata Mu'ti, Kamis (16/3).
Ramadhan tahun ini diprediksi akan terdiri atas 30 hari sehingga akhir Ramadhan akan jatuh pada 25 Juni, yakni posisi hilal sudah hampir empat derajat dan sudah bisa dilihat. Meskipun, ada pula pendapat yang menyatakan hilal baru bisa dilihat di atas empat derajat.
Muhammadiyah sendiri menggunakan metode hisab haqiqi wujudul hilal. Bila hilal sudah di atas ufuk maka sudah masuk tanggal baru. Ada pula yang menggunakan metode rukyatul hilal (melihat hilal).
Muhammadiyah mengartikan rukyatul hilal ini berarti melihat dengan ilmu. Karena itu, dalam sistem hisab Muhammadiyah tidak melihat hilal seperti ormas lain. ''Berdasarkan itu, Muhammadiyah sudah bisa menetapkan awal dan akhir Ramadhan, termasuk proyeksi awal dan akhir Ramadhan di tahun-tahun berikutnya,'' kata Mu'ti.
Perbedaan metode ini membuat penetapan awal dan akhir Ramadhan kadang berbeda. Kalau berbeda, hendaknya saling menghormati. Walaupun kadang perbedaan ini jadi sorotan serius.
Pernah pada satu hari raya, Muhammadiyah berbeda. Sayang, warga Muhammadiyah yang merayakan hari raya di waktu berbeda ini tidak diberi kelonggaran. Karena itu, Muhammadiyah juga berharap ada ruang dan fasilitasi bagi warga Muhammadiyah bila merayakan hari raya pada tanggal berbeda.