REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Rumah Zakat ICD (Integrated Community Development) Rappokaling, Makassar membentuk urban farming bagi warga. Menurut Fasilitator ICD Rappokaling Ana Mardiyati tujuan utamanya adalah agar wilayah Rappokalling selain bersih dari sampah juga asri dengan banyaknya tanaman.
Ana mengatakan urban farming ini bukan sekadar kegiatan menanam tumbuhan hijau. Tanaman yang ditanam selain bisa menyegarkan mata juga harus memiliki manfaat bagi warga agar mereka merasa ringan dan senang merawatnya.
“Semenjak adanya program urban farming, saya mulai memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah untuk menanam tanaman sayur. Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan dapur sendiri. Jadi, dengan adanya program ini saya dan ibu-ibu di sini jadi bisa semakin hemat,” kata Ramlah, salah satu warga yang juga menjadi penggerak urban farming, Selasa (14/3).
Kegiatan urban farming ini mulai digulirkan pada tahun 2015. Untuk menunjang kegiatan urban farming di Rappokalling, Rumah Zakat menyalurkan 1000 jenis bibit tanaman yang terdiri dari bayam, tomat, cabai, terong, kangkung, dan lain-lain. Kini sebanyak 50 orang warga sudah mulai memanen hasilnya. “Alhamdulillah pas cabe naik saya punya persediaan sendiri. Jadi gak repot kalau mau bikin sambal,” ujar Ratna, salah satu anggota urban farming.
Selain ditanam secara konvensional, komunitas urban farming Sikamaseang juga menerapkan metode hidroponik dalam pemeliharaan tanamannya. “Alhamdulillah komunitas ini menjadi inspirasi untuk wilayah kelurahan Rappokalling. Ditahun ini kami akan terus mencoba melakukan inisiasi program yang sama ke berbagai daerah lainnya di Makasar ini, agar semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari menanam sayur sendiri seperti ini,” kata Ana.