Kamis 23 Feb 2017 15:18 WIB

Dakwah Islam di Suriname, dari Jawa Hingga Afrika

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung mengamati karya foto di Pameran Foto Java To Suriname di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (22/9). (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pengunjung mengamati karya foto di Pameran Foto Java To Suriname di Erasmus Huis, Jakarta, Senin (22/9). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak tahun 1890 hingga 1930, sebanyak 32.965 kuli kontrak asal Jawa dipekerjakan di Suriname. Menilik perjanjian kontrak, mereka akan bekerja selama lebih kurang lima tahun. Setelah itu, para pekerja boleh memilih tetap tinggal di Suriname atau pulang ke Jawa.

Banyak di antara mereka yang pulang ke Jawa, namun sebagian lagi memilih menetap di Suriname. Keberadaan mereka kian mengukuhkan agama Islam di negara ini lantaran warga Jawa tersebut banyak yang Muslim.

Namun, umat Muslim di Suriname tidak hanya berasal dari Afrika serta Jawa, yang dari India pun banyak dan mereka bahkan telah datang sejak tahun 1873.

Berlayar dengan menggunakan kapal Lall Rookh, sekitar 37 umat Muslim India mencapai pantai Suriname. Mereka ini berasal dari berbagai wilayah di India, antara lain Gorakhpur, Mirzapur, Lucknow, Allahbad, Jansi, Jaunpur, Azamgargh, Gaya, Faizabad, Sewree, dan Benares (Varanasi).

Segera setelah menetap, didirikanlah masjid sebagai tempat ibadah. Begitu pula yang dilakukan oleh umat Muslim dari Jawa dan Arab, mereka pun membangun masjid-masjid. Kini, di seluruh Suriname, terdapat lebih dari 120 masjid. Mulai dari masjid yang didirikan warga keturunan Jawa yang terdapat di kota hingga pelosok desa serta masjid milik warga keturunan India (Hindustan), Arab, dan lainnya.

Umat Muslim di Suriname saat ini mencakup 20 persen dari jumlah penduduk yang sekitar 500 ribu jiwa. Ini merupakan ketiga terbesar setelah penganut Hindu (37 persen) dan Kristen (31 persen).

Masing-masing etnis tetap mempertahankan kebiasaan dan budaya dari negara asal, tapi mereka mampu berbaur. Umat pun memiliki organisasi bersama yang kemudian menjalin hubungan erat dengan organisasi Muslim di kawasan ini, seperti dari Guyana, Trinidad dan Tobago, serta dari Asia Tenggara dan Pakistan.

Lembaga Islam, seperti Jamaah Tabligh dan organisasi Muslim berpengaruh lainnya, sudah membuka perwakilan di Ibu Kota Paramaribo. Tak hanya itu, karena kaitan sejarah dengan Belanda, komunitas Muslim negara ini pun banyak melakukan kontak dengan sejawatnya dari Belanda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement