Kamis 16 Feb 2017 20:15 WIB

Adab Bercanda dalam Islam

Ilustrasi humor sufi Nasrudin Khoja.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keenam, menjauhi bercanda dengan tangan dan kata-kata yang buruk. Menurut Syekh as-Sayyid Nada,  sebagian besar manusia tak menyukai bercanda dengan tangan dan kata-kata kotor.  Akibat bercanda dengan cara itu, tak sedikit gurauan dengan seorang sahabat bisa berujung permusuhan dan pertengkaran.

Syekh as-Sayyid Nada, mengungkapkan, tak sepatutnya seorang Muslim bercanda dengan tangan kecuali dengan orang yang terbiasa melakukan itu dan bisa menerimanya. ''Sebagaimana para sahabat Nabi SAW mereka saling melempar kulit buah semangka setelah memakannya,'' tuturnya mengutip hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad.

Ketujuh, tak banyak tertawa. Menurut Syekh as-Sayyid, kebanyakan orang terlalu berlebihan tertawa sehingga terpingkal-pingkal ketika bercanda. Hal itu, menurut dia, bertentangan dengan sunah Nabi SAW yang meminta umatnya agar tak tertawa secara berlebihan.  Nabi SAW bersabda, ''Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.'' (HR at-Tirmidzi).

Kedelapan,  bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya. Rasulullah sering bercanda dengan anak-anak. Ada beberapa hadis yang mengisahkan cara Nabi SAW bercanda. Salah satunya: Dari Anas RA, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW dan berkata, ''Wahai Rasulullah, bawalah aku? Nabi kemudian bersabda, ''Kami akan membawamu di atas anak unta.''

Laki-laki itu berkata, ''Apa yang bisa aku lakukan dengan anak unta?'' Rasulullah SAW pun bersabda, ''Bukankah unta dewasa pun anak unta?'' (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).  Begitulah Islam mengatur adab bercanda. Sehingga, senda gurau yang dilakukan  seorang Muslim dengan sahabatnya dapat menyegarkan jiwa dan semangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement