REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam menjalani hidup ini, kita terkadang sangat bersemangat untuk meningkatkan spiritual dengan cara beribadah secara terus menerus di masjid dan mengesampingkan urusan lainnya. Padahal, hidup itu tidak tidak selamanya serius, tapi ada juga waktu-waktunya untuk tertawa.
Hidup itu juga ada saatnya senggang, walau hanya sebentar. Tujuannya agar hidup selalu bergairah, termotivasi dan tidak bosan memulai hari-hari panjang yang monoton. Itulah sebabnya ayat-ayat dalam Alquran pun tidak semuanya berisi perintah atau larangan semata, tetapi juga ada selingan-selingan cerita ringan untuk menjadi pelajaran.
Bahkan surat Yusuf itu diturunkan karena adanya permintaan sebagian sahabat yang merasa lelah dengan beban-beban syariat. Lalu, Allah SWT menurunkan cerita Yusuf secara panjang lebar. Karena memang begitulah tabiat manusia, cenderung ingin santai.
Untuk belajar menjalani hidup yang lebih baik, maka kita bisa belajar dari berbagai kisah inspiratif yang telah diceritakan para ulama berdasarkan hadits-hadits nabi. Kisah-kisah menarik itu di antaranya dapat digali dalam kitab berjudul Sa'ah Wa Sa'ah Nawadir Wa Ajaib karya Syekh Mahmud al-Mishri.
Kitab tersebut telah diterjemahkan Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi buku ini, yang berjudul “Semua Ada Saatnya: Seni Menikmati Hidup Lebih Seimbang”. Buku terbitan Pustaka Al-Kautsar ini memuat kisah-kisah menarik dan menginspirasi, sehingga kita bisa lebih nikmat dalam menjalani kehidupan ini.
Seorang Muslim tidak akan mampu menjalani kehidupannya dalam kesedihan dan dukacita, serta tidak mengenal senyuman dan sukacita. Tapi, terkadang dia harus tertawa dan menikmati kehidupan duniawi. Karena, Allah SWT telah berfirman:
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ “Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS An Najm ayat 43).
Namun, ketika para sahabat mencapai ketinggian spiritual, mereka pernah menyangka bahwa seorang Muslim harus menjauhkan dari segala kenikmatan duniawi dan tidak tertawa selamanya, serta harus beribadah terus siang dan malam.
Dalam permasalahan ini, Rasulullah SAW kemudian memberikan jalan tengah kepada mereka melalui salah satu haditsnya. Rasulullah SAW bersabda, “Satu waktu dan satu waktu”. Intinya, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk mengalokasikan setiap waktu sesuai pada tempatnya, sehingga kita bisa hidup dengan seimbang.
Dari sini dapat diketahui bahwa seorang Muslim juga harus memiliki senyuman dan kesenangan dalam menjalani kehidupannya.
Menurut Syekh al-Mishri, seorang Muslim yang menenangkan dirinya dengan kisah-kisah unik, itu lebih baik bagi dirinya daripada menghabiskan energi yang dimilikinya untuk hal-hal yang diharamkan Allah SWT.