REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kapal bantuan Malaysia tiba di Bangladesh pada Senin Kemarin, membawa bantuan untuk ratusan ribu Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar. Banyak di antara mereka yang menyebutkan mengalami kekerasan oleh pasukan keamanan Myanmar.
Hampir 70.000 warga Rohingya di negara bagian Rakhine melarikan diri dari negara yang mayoritas beragama Budha itu ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan yang dilancarkan setelah sembilan polisi tewas dalam serangan di pos perbatasan pada 9 Oktober 2016, bahwa Myanmar menuding gerilyawan Rohingya atas kejadian tersebut.
Kantor PBB untuk Hak Asasi Manusia dalam sebuah laporan bulan ini menyebutkan bahwa pasukan keamanan Myanmar melakukan pembunuhan masal dan pemerkosaan Muslim Rohingya serta membakar desa-desa mereka.
Myanmar membantah hampir semua tuduhan pelanggaran HAM itu, dan mengatakan kampanye penangkalan yang sesuai hukum berlangsung sejak serangan Oktober di pos keamanan.
Kekerasan telah membuat kecewa dan marah beberapa negara tetangga Myanmar, yang sebagian besar Muslim Malaysia sangat gencar dalam menyampaikan kritik. Peristiwa tersebut didukung oleh kelompok-kelompok Muslim dan organisasi bantuan untuk mengatur pengiriman lebih dari 2.000 ton bantuan bagi Rohingya.
Pemberhentian pertama kapal bantuan itu dilakukan di kota pelabuhan Myanmar, Yangon, pada pekan lalu tempat diturunkan sebanyak 500 ton persediaan bantuan. Seorang wakil dari misi kemanusiaan di kapal tersebut mengatakan pihaknya akan menurunkan sekitar 2.000 ton makanan dan persediaan darurat di Bangladesh, meskipun staf tersebut tidak diberikan akses.
"Kami tidak diperbolehkan untuk turun dari kapal atau mengunjungi kamp pengungsian," kata perwakilan tersebut yang menolak untuk disebutkan identitasnya.
Sebanyak 70.000 pendatang baru bergabung dengan lebih dari 200.000 pengungsi Rohingya yang sudah berada di Bangladesh, kebanyakan tinggal di kamp-kamp, yang melarikan diri lebih dulu dari Myanmar.
Seorang pejabat pemerintah Bangladesh mengatakan, kapal sedang dalam perjalanan ke pelabuhan Chittagong setelah berlabuh di kota pesisir Teknaf, dekat perbatasan Myanmar, dan pengaturan sedang dilakukan untuk membongkar muatannya.
Tapi Ali Hossain, Kepala Administrator kota Bazar di distrik pesisir Cox yang berbatasan dengan Myanmar, mengatakan kepada Reuters dia belum menerima izin untuk membiarkan siapa pun turun dari kapal.
Seorang pejabat pelabuhan di Chittagong mengatakan upacara akan diadakan pada Selasa dengan seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri dan duta besar Malaysia akan hadir untuk menerima kiriman. Pejabat PBB yang bekerja untuk pengungsi di Bangladesh telah mengatakan kepada Reuters bahwa korban tewas dalam operasi keamanan Myanmar bisa lebih dari 1.000 orang.
Rohingya menghadapi diskriminasi di Myanmar selama beberapa generasi. Mereka tidak dikategorikan sebagai kelompok yang berbeda di bawah hukum kewarganegaraan Myanmar dan dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, berhak hanya untuk hak yang terbatas.
Sekitar 1,1 juta warga Rohingya hidup dalam kondisi layaknya politik apartheid di Barat Laut Myanmar.
Bangladesh mengatakan warga Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi dan bukan warga Bangladesh, serta pihaknya menghadapi beban besar dalam menjaga para pengungsi.