REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah survei yang dilakukan Chatham House Royal Institute of International Affairs yang berbasis di London, mengungkap, ketakutan yang tinggi warga Eropa terhadap imigrasi Muslim. Survei dilakukan dengan sampel 10 ribu orang dari 10 negara-negara di Eropa.
Chatham House melakukan survei secara daring (online). Mereka meminta responden untuk memberikan pandangan mengenai pernyataan "Semua aktivitas imigrasi dari negara-negara Mayoritas Muslim harus dihentikan."
Dari 10 negara Eropa yang disurvei, rata-rata sebanyak 55 persen menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Sebanyak 25 persen berada di antara setuju dan tidak setuju, dan hanya lima persen yang menyatakan imigrasi Muslim harus diteruskan.
Polandia menjadi negara yang paling mendukung larangan imigrasi Muslim, dengan dukungan 71 persen responden. Sementara Austria berada di posisi kedua dengan dukungan 65 persen responden.
Survei ini dilakukan sebelum Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang sementara warga dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki AS. Terdapat korelasi antara hasil survei dengan jumlah Muslim yang menetap di negara Eropa tertentu.
"Penolakan terhadap imigrasi dari negara-negara Muslim cukup tinggi di Austria, Polandia, Hongaria, Perancis, dan Belgia. Negara-negara ini memiliki populasi Muslim yang sangat berbeda," tulis laporan Chatham House, dilansir dari CNBC, (9/2).
Survei tersebut juga menyoroti dampak potensial terhadap politik domestik di negara-negara yang menolak imigrasi. Chatham House menemukan hanya dua negara, Spanyol dan Inggris, yang memiliki mayoritas responden yang siap menyambut lebih banyak Muslim.
Usia juga menjadi faktor penentu apakah seseorang memilih atau menolak imigrasi Muslim. Chatham House mengemukakan, sentimen imigrasi anti-Muslim sangat tinggi di kalangan pensiunan.
Sebuah jajak pendapat dari Ipsos Mori Poll pada 2016, menunjukkan warga Eropa cenderung melebih-lebihkan jumlah Muslim yang tinggal di negara mereka. Warga Prancis sering mengatakan jumlah penduduk Muslim di negara mereka empat kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya. Sementara warga Inggris menyatakan jumlah penduduk Muslim di negara mereka tiga kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya.