Senin 30 Jan 2017 20:00 WIB

3 Masjid Bersejarah Aceh

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Suasana pembangunan perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Jumat (3/6).(Antara/Irwansyah Putra)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Suasana pembangunan perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Jumat (3/6).(Antara/Irwansyah Putra)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islam mengakar kuat dalam sejarah masyarakat Aceh. Menurut naskah tua Izhar al-Haqq,Islam mulai masuk Aceh pada 789 M ketika kapal asing singgah di Bandar Perlak yang berada di wilayah Aceh Timur.

Kapal asing yang dikenal Nakhoda Khalifah itu membawa para saudagar Muslim dari Arab, Persia, dan India di bawah pimpinan nakhoda utusan Khalifah Harun ar-Rasyid bernama Bani Abbas.

Menurut pendapat Snouck Hurgronje ketika itu pengaruh Hinduisme begitu kuat di Aceh. Hal itu terbukti dari adanya nama-nama Hindu, seperti hikayat Sri Rama, Indrapuri atau Indraparwa di kota yang dijuluki Serambi Makkah itu.

Keramahan rombongan pimpinan Bani Abbas dalam berinteraksi ketika berniaga, mempraktikkan cara-cara bertani, bermasyarakat, dan beribadat membuat masyarakat Perlak dan rajanya terkesan.     

Eksistensi Islam di Aceh dibuktikan dengan banyaknya masjid bersejarah yang bertahan hingga sekarang. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi tempat dakwah, pendidikan dan aktivitas lainnya. Berikut tiga masjid bersejarah di provinsi berjuluk 'Serambi Makkah' itu: 

 

Baiturrahman (Banda Aceh)

Masjid ini mulai dibangun ketika kerajaan Aceh dipimpin Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Tetapi, ada yang menyebutkan pembangunannya dilakukan pada masa sebelumnya. Sultan Iskandar Muda hanya melakukan perbaikan saja.

Abdul Baqir Zein dalam Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia menjelaskan, di samping sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai benteng pertahanan, seperti yang dilakukan Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874).

Di masjid ini sering pula diadakan musyawarah besar membicarakan strategi penyerangan dan kemungkinan serangan Kompeni Belanda terhadap Kerajaan Aceh Darussalam.

 

Teungku Andjong

Masjid ini dibangun oleh Syekh Abubakar bin Husin Bafaqih yang datang dari  Hadhramaut, Yaman. Pembangunan masjid ini dilakukan karena minat belajar Islam yang besar dari masyarakat di daerah Peulanggahan, Banda Aceh.

Masjid bukan hanya digunakan untuk kegiatan ibadah, melainkan juga kegiatan musyawarah yang langsung dipimpin Syekh Abubakar yang berjuluk Teungku Andjong yang berarti disanjung atau dimuliakan. Masjid ini dirancang sendiri oleh Teungku Andjong. Sehingga, bangunan masjid memiliki ciri khas gaya Timur Tengah.

 

Indrapuri (Aceh Besar)

Masjid ini berdiri sebagai bentuk proses evolusi kebudayaan dan sekaligus evolusi ideologis. Disebut evolusi karena terjadinya perubahan dari candi (tempat ibadah umat Hindu) menjadi masjid berlangsung secara alamiah tanpa kekerasan, setelah melewati kurun panjang perubahan budaya sebuah komunitas.

Masjid Indrapuri terletak kurang lebih 25 km ke arah Timur Banda Aceh. Meskipun saat ini kita sudah tidak bisa lagi melihat bentuk candi Indrapuri secara utuh, masih ada beberapa bagian yang tersisa. 

Candi ini berubah fungsi menjadi masjid berkat seorang penyebar Islam, yaitu Abdullah Kan'an atau Tengku Abdullah Lampeuneuen, berasal dari Peurelak, Aceh Timur. Ia datang bersama Meurah Johan, seorang pangeran Kerajaan Lingga (di daerah Jambo Aye sekarang). Tujuannya mengajak raja bersama rakat kerjajaan Lamori memeluk agama Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement