Rabu 25 Jan 2017 17:15 WIB

Memakmurkan Bumi adalah Ibadah

Bumi
Foto: Nasa
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menciptakan alam beserta isinya untuk dipergunakan dan diambil manfaatnya oleh manusia. Alam itu merupakan ruang hidup yang teratur dalam bentuk yang serasi dan selaras dengan kepentingan mereka.

Namun, manusia memiliki kecenderungan merusak ekosistem alam. Kerusakan yang terjadi pada alam, hakikatnya, akibat ulah manusia yang telah merusak keseimbangan itu.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Ruum [30]: 41).

Padahal, semestinya keserasian dan keselarasan itulah yang perlu terus dipelihara agar tercipta apa yang diistilahkan Alquran dengan keseimbangan (al mizan). Konsistensi dan komitmen memelihara alam itu agar terhindar dari bencana di jagat raya.

Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah me ninggikan langit dan Dia meletak kan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas ten tang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan ja nganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS ar-Rahman [55]: 7-9).

Dalam buku Ensiklopedi Muhammad disebutkan, Rasulullah menunjukkan kesadaran cara pandang terhadap alam ini dalam banyak bentuk. Nabi pernah menyatakan sebuah ungkapan rasa perhatian terhadap Gunung Uhud sebagai salah satu bagian kecil dari alam: innahu yuhibunna wu nuhibbuhu, sesungguhnya ia (Uhud) mencintai kita, begitu pula sesungguhnya kita mencintainya.

Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Adalah Abu Darda, sahabat yang pernah dijuluki sebagai prajurit berkuda terbaik di Perang Uhud oleh Ra sulullah itu, pernah menceritakan bagaimana para sahabat mendapatkan pelajaran dan pendidikan tentang pemanfaatan dan penge lolaan sumber daya alam.

Rasulullah menekankan agar bercocok tanam dan menghijaukan kembali tanah-tanah mati. Oleh tokoh ulama terkemuka masa kini, Syekh Yusuf al-Qaradhawi, ikhtiar penghijauan tersebut dikategorikan sebagai amalan yang mendatangkan pahala. Dan, memakmurkan bumi adalah ibadah mulia di sisi-Nya.

Dalam kitab monumentalnya, Muqaddimah, Ibnu Khaldun mengatakan, pemeliharaan dan pelestarian lingkungan kini men jadi keharusan tak terelakkan bagi segenap umat manusia di muka bumi. Bila alam terjaga dan terpelihara, maka secara langsung akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan dan keseimbangan hidup.

Hal inilah yang mendorong Umar bin Khattab mengeluarkan ketetapan tentang pengelolaan lahan mati. Keputusan yang ia ambil tersebut merujuk pada hadis-hadis terkait penghidupan kembali lahan mati (ihya’ al mawat).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement