Senin 09 Jan 2017 10:00 WIB

Jual Beli Artefak di Konflik Suriah

Rep: Hasanul Rizqa/Marniati/ Red: Agung Sasongko
Suriah
Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya masjid di Aleppo tersebut. Pada September 2012, Time melaporkan, banyak artefak bernilai historis dari Suriah justru diperjualbelikan untuk dana senjata bagi dan oleh kubu yang bertikai. Beberapa situs sejarah, yang masuk daftar Warisan Dunia UNESCO di Aleppo juga bernasib malang.

Secara keseluruhan, di situs Kota Tua Aleppo, bukan hanya Masjid Agung, melainkan juga kawasan Suq al-Madina. Desa-desa kuno di Suriah utara, yang lebih dikenal sebagai Kota-Kota Mati(Dead Cities), dikenal sebagai kawasan arkeologis yang kaya. Namun, akibat perang Suriah, kawasan yang berusia sejak abad pertama Masehi tersebut terbengkalai sama sekali. Padahal, begitu banyak warisan sejak zaman Byzantium itu yang perlu perawatan.

Dilansir dari laman RT, Maret 2016, koran lokal Suriah mengutip pernyataan Direktur Musium Suriah, Hiba Sakhel. Dia mengatakan bahwa sejak pecah perang saudara, banyak artefak dari Musium Nasional Aleppo diungsikan ke brankas di bank sentral Damaskus. Sebab, banyak aksi penjarahan, seperti yang terjadi di sejumlah musium di Homs dan Hama.

Wilayah Suriah yang dikuasai ISIS, misalnya, banyak terjadi penjarahan. Banyak artefak yang bernilai historis diselundupkan untuk dijual di pasar gelap Eropa. Uang hasil penjualannya dipakai untuk mendanai aksi-aksi terorisme. Beberapa artefak itu, antara lain, koin-koin emas yang berusia ratusan tahun, manuskrip kuno, dan perhiasan.

Gambar satelit menunjukkan bahwa situs-situs arkeologis di Suriah banyak rusak oleh ribuan aktivitas penggalian ilegal,kata Kepala UNESCO pada Maret 2016, seperti dilansir RT. Dengan demikian, bukan hanya masa depan Suriah yang terancam, melainkan juga jejak-jejak masa lalunya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement