Ahad 25 Dec 2016 07:34 WIB

Mengenang Gus Dur: Antara Cak Rahman, Durahman, dan Motor Bebek

Gus Dur-Soeharto
Pameran foto tentang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Lama tidak bertemu, pada 2004, bersama politisi PPP Endin AJ Soefihara, saya menemani Wakil Presiden Hamzah Haz bertemu Cak Rahman --yang kali ini saya sapa: Gus Dur-- di Ciganjur.

Ketika bersalaman saya berkata: "Gus, saya Lukman Hakiem yang dulu menjemput Sampeyan di Bulaksumur...."

Belum selesai saya bicara, Gus Dur menyergah: "Diskusi di HMI itu ya. Gayeng diskusinya tuh. Anda di mana sekarang?" Saya kaget, peristiwa kecil 25 tahun yang lalu, masih diingat oleh Gus Dur.

Meskipun saya tidak selalu sependapat dengan Gus Dur, saya mengenang Gus Dur sebagai pemimpin yang bersahaja, egaliter, dan sejak muda sudah memiliki daya panggil.

Suatu hari di Salatiga, seusai menghadiri diskusi di Universitas Satya Wacana --saya dan Asmar Oemar Saleh hadir sebagai pendengar yang budiman atas rekomendasi Dr Arif Budiman. Saat itu mantan Ketua Dewan Mahasiswa ITB, Heri Akhmadi berkata kepada kami: "Cak Rahman bakal jadi pemimpin besar."

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement