Senin 19 Dec 2016 16:06 WIB

Revolusi Hijau Peradaban Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Sejumlah petani menyiangi sawah tadah hujan di Desa Porame, Kinovaro, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (14/10).
Foto: Antara/ Basri Marzuki
Sejumlah petani menyiangi sawah tadah hujan di Desa Porame, Kinovaro, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warna hijau lekat dengan Islam. Selain karena warna ini disebut Alquran sebagai bagian dari warna pakaian para penghuni surga, warna hijau juga jadi simbol peradaban Islam yang memang lekat dengan kehidupan seimbang dengan alam, termasuk dalam hal pertanian.

Dalam Agriculture in Muslim Civilisation : A Green Revolution in Pre-Modern Times, Sarah Zaimeche, menjelaskan, periode antara abad kesembilan hingga abad 13 jadi saksi transformasi fundamental pertanian yang bisa disebut sebagai revolusi hijau Islam pada era pramodern.

Ekonomi yang dibentuk di Arab dan dunia Islam memungkinkan terjadinya difusi dan adaptasi teknik pertanian dari luar dunia Islam.

Pada awal abad kesembilan, inovasi pertanian jadi penggerak  utama ekonomi dan sumber produksi dunia Islam. Ini didukung sistem irigasi ekstensif dan pengembangan  sistem pertanian oleh para ahli ilmu kala itu termasuk teknik peternakan, pembasmian hama, dan temuan teknik persilangan untuk menemukan varietas baru.

Revolusi pertanian di dunia Islam berhasil memperkenalkan pertanian model baru yang didukung sistem irigasi ekstensif. Kala itu, dunia Islam sudah mengenal sistem rotasi tanaman sehingga di satu kota bisa jumpai aneka produk pertanian dengan mudah.

Sistem pertanian Muslim Spanyol bahkan, disebut yang paling kompleks, paling  ilmiah, dan paling sempurna yang pernah dikembangkan manusia.

Teknik yang dikembangkan dunia Islam saat itu juga dinilai spektakuler karena menggabungkan pengetahuan pertanian dari berbagai tempat. Aneka pupuk digunakan dengan tetap menjaga kelembaban tanah. Menjaga tanah pertanian dari erosi jadi aturan utama ekologi di dunia kala itu.

Namun, kunci suksesnya pertanian dunia Islam adalah  kerja keras. Tidak ada alam yang langsung memberi kemudahan tanpa usaha manusia. Peningkatan jumlah pekerja pertanian tak lepas dari perkembangan teknologi terbaru, perluasan lahan pertanian ke lahan tidur, pengenalan varietas baru, dan intensifikasi rotasi tanaman.

Perubahan-perubahan ini ditambah peningkatan tenaga kerja pertanian membuat ekonomi dunia Islam bergerak. Perdagangan yang meningkat ikut memperbesar skala ekonomi, pertumbuhan populasi, dan urbanisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement