REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH. Maman Imanulhaq menyatakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW bermakna besar bagi pembentukan pribadi serta keimanan seorang Muslim. Maulid Nabi juga menjadi momentum bangkitnya rasa saling mencintai dan mengasihi.
"Nabi Muhammad SAW diutus sebagai kasih sayang untuk semua umat manusia, rahmatan lil 'alamin dalam menyebarkan nilai cinta kasih pada sesama," kata Maman, Senin (12/12).
Ia menuturkan peringatan kelahiran Nabi atau maulid harus jadi momentum untuk saling mengasihi dan mencintai. Maman melanjutkan, bahwa saat merebaknya aksi kebencian dan kekerasan atas nama agama, Maulid Nabi harus jadi bahan refleksi diri bagi umat. "Untuk kembali menghadirkan nur Muhammad yang mencerdaskan dan menguatkan umat," tuturnya.
Maman memaparkan sedikit sejarah Peringatan Maulid Nabi, dimana peringatan kelahiran Rasulullah SAW sejatinya bertepatan dengan 12 Rabiul Awal. Sementara dalam hitungan Masehi, Rasulullah terlahir tanggal 21 April 571 Masehi atau lebih dikenal dengan Tahun Gajah.
"Menurut Ibn Hajar Al-Asqalan, asal dari Maulid tidak ditemukan dari para salaf sejak kurun abad ketiga, tetapi ada kemungkinan merupakan aktivitas yang baik dan bermanfaat," ujarnya.
Ia menambahkan Maulid Nabi seyogyanya mengukuhkan kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan Nabi, yakni menyebarkan dakwah Islam yang mengajarkan prinsip keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Maman melanjutkan, hal itu mengilhami Raja Arballes Mosul Irak, Abu Sad Muzhaffar dan panglima perang Islam dalam Perang Salib, Salahuddin Al-Ayyub, untuk mengadakan seremonial Maulid.
Cara ini tutur Maman sebagai upaya membangkitkan ketahanan mental yang tinggi serta membangkitkan semangat perjuangan dakwah Islam yang bertujuan membebaskan manusia dari kezaliman menuju cahaya. "Dengan Maulid Nabi, marilah kita segarkan kembali spirit keagamaan kita sehingga keagungan dan keindahan Islam akan terus memancar bagi kehidupan dalam spektrum yang luas", kata Maman.