Senin 05 Dec 2016 16:06 WIB

Jadi Relawan Jangan Pernah Berpikir Keuntungan Materi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah anggota Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan pencarian seorang relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang hilang dengan cara menyelam di Sungai Suren, Desa Pakusari, Jember, Jawa Timur, Kamis (24/11).
Foto: Antara/Seno
Sejumlah anggota Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan pencarian seorang relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang hilang dengan cara menyelam di Sungai Suren, Desa Pakusari, Jember, Jawa Timur, Kamis (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Menjadi relawan turun membantu penanganan di lokasi bencana, kini bukan lagi panggilan jiwa. Namun sudah menjadi halu yang menyatu dalam denyut kehidupan.

Kapan dan dimanapun --jika dibutuhkan-- selalu siap terjun membantu para korban. Hal ini diungkapkan Komandan SAR Bumi Serasi, Sugiharto saat dikonfirmasi di Posko SAR Bumi Serasi, di kompleks Kantor BPBD Kabupaten Semarang, Ungaran, Senin (5/12).

Menurutnya, ketika telah memutuskan diri untuk bergabung dan mengabdi menjadi relawan kebencanaan, jangan pernah berpikir soal penghasilan atau keuntungan materi. Karena secara ekonomi relawan memang jauh dari profit.

“Yang ada hanya fokus mencurahkan tenaga dan pemikiran untuk membantu mereka yang tertimpa musibah. Karena relawan menjadi ‘garda’ terdepan dalam setiap penanganan bencana,” jelasnya.

Ia mengaku hampir 10 tahun terjun menjadi relawan yang secara ekonomi tidak bakal mampu menopang kebutuhan hidup. Sejauh ini tak ada persoalan antara urusan keluarga dengan berbagai kegiatan relawan.

Namun ia punya kiat agar keluarga bisa memahami bisa ikhlas dengan pengabdian yang dilakukan. “Kuncinya kita harus terbuka dan jujur kepada keluarga, bahwa kita memang melakukan kerja kemanusiaan,” tambah Sugiharto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement