Selasa 29 Nov 2016 21:15 WIB

Masjid Fatih Cemi, Jejak Puncak Spiritualitas Ustmaniyah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Masjid Fatih Cami
Foto: http://traveledearth.com
Masjid Fatih Cami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki menyimpan banyak pesona peradaban Islam. Sebagian di antaranya merupakan peninggalan kesultanan yang pernah berpusat di negara itu.

Jejak-jejak keunggulan para sultan Muslim dapat dilacak dari karakteristik masjid-masjid yang pernah didirikan pada zamannya. Salah satunya, Masjid Fatih Cemi atau yang biasa disebut Masjid Sultan Mehmet II.

Bisa dibaca dengan jelas, julukan rumah ibadah itu mengambil nama Sultan Mehmet II. Pemimpin kelahiran 1432 M itu digelari sebagai al-Fatih (Sang Penakluk).

Di usia ke-21, Sultan Mehmet II berhasil memimpin pasukannya menaklukkan Konstantinopel (bernama Istanbul sejak 1934). Geliat pembangunan kota pun semarak di bawah kepemimpinannya. 

Dalam geliat pembangunan demikian, Masjid Fatih Cemi mulai dirancang. Sultan Mehmet II menghendaki masjid yang dibangun di Istanbul selama tujuh tahun (1463-1470 M) ini, menjadi kebanggaan warga Istanbul serta umat Islam pada umumnya.

Sayang sekali, pada 1766, Masjid Fatih Cemi mengalami kerusakan signifikan akibat gempa bumi. Kemudian, masjid ini dibenahi kembali masih di atas fondasi yang lama. Namun, bentuknya menjadi cukup berbeda dari semula.

Sebagaimana bangunan indah lainnya pada zaman Sultan Mehmet II, Masjid Fatih Cemi pun dirancang arsitek terkemuka abad ke-16, Sinan. Dia bukanlah seorang Muslim.

Hal ini menandakan, pada masa gemilang kesultanan Islam prestise seseorang dilihat dari prestasinya, bukan semata-mata agamanya.

Sinan mampu menerjemahkan estetika Ottoman ke dalam wujud bangunan yang anggun. Kubah utama Masjid Fatih Cemi berdiameter 85 kaki (26 meter).

Di sekitarnya, terdapat empat kubah berukuran lebih kecil. Rancang bangun Masjid Fatih Cemi cenderung menyerupai Masjid Uc Serefeli, yang didirikan pada 1447 di Edirne atas perintah Sultan Murat II.

Bedanya, Masjid Fatih Cemi berukuran lebih besar. Selain itu, bagian yang mengarah ke kiblat diperluas dengan dinaungi kubah yang berukuran lebih kecil daripada kubah utama. Dinding Masjid Fatih Cemi berbahan dasar batu granit dan marmer.

Mulanya, gerbang di sisi utara berbentuk garis-garis. Di dinding terdapat muqarnas atau 'stalaktit' yang diukir dengan corak yang indah. Bagian lapangan (sahn) di dalam area masjid ini tidak ikut rusak akibat gempa.

Di sana, beberapa pohon sipres menjulang sunyi, memberikan nuansa ketenangan. Menurut Hoag, antara pilar-pilar (riwaqs) dan bagian serambi terintegrasi lebih baik daripada rancang-bangun Masjid Uc Serefeli.

Di bagian luar bangunan utama Masjid Fatih Cemi, terdapat halaman luas yang berlantai corak simetris. Di sana, sejumlah madrasa berdiri dengan beratapkan kubah-kubah berukuran lebih kecil dari kubah utama.

Madrasa juga berfungsi sebagai asrama bagi kaum terpelajar atau seniman (dervish) kesultanan. Kompleks masjid sekaligus pusat pendidikan ini merupakan ciri Kesultanan Ottoman yang mengutamakan prinsip tatanan dan persatuan.

Dalam ciri kesultanan yang sama pula, acap kali universitas, masjid raya, dan makam sultan berada di sebuah kompleks yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement