Rabu 23 Nov 2016 13:59 WIB

Filosofi Perahu Masjid Al-Munada Darossalam Baiturrahman

Rep: mgrol84/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Al-Munada Darossalam Baiturrahman, Jakarta.
Foto:
Bagian dalam masjid perahu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Makhmud bercerita, ada filosofi dibalik perahu ini.

“Zaman dulu, Nabi Nuh saw. kan menyelamatkan umatnya dengan perahu, jadi kami juga ingin menyelamatkan lahir dan batin, kan itu manjedi tempat wudhu dan tempat mandi untuk bersih-bersih sebelum shalat. Jadi, kami berharap mereka keluar masjid menjadi aman dan selamat,” ujar KH. Makhmud.

Di halaman masjid terdapat sebuah bedug besar yang dipagari dengan teralis besi. Di depan pintu masuk masjid terdapat seonggok fosil kayu berukuran cukup besar dengan diameter 50 cm dan panjang 100 cm.  

Di bagian dalam masjid, dinding di tempat shalat imam dan mimbar dipenuhi dengan ukuran Ayat Kursi dan An-Nur, serta terdapat empat tiang penyanggah terbuat dari kayu jati yang tidak luput dari ukiran-ukiran kaligrafi.

“Sebenarnya, saya sudah sering ke masjid ini untuk shalat atau sekedar berisitirahan di sela-sela saya jualan. Untuk masalah ukiran pada tiang di dalam itu saya sampai sekarang kurang mengerti itu apa, tapi saya sempat mendengar kalau itu tulisan ayat kursi,” ujar Wahyudi, seorang penjual kain gordeng yang sedang beristirahat di Masjid Perahu.

Bergeser ke ruang perpustakaan, ada sebuah Alquran raksasa berukuran 2 X 1,5 m dengan ketebalan sekitar 30 cm, letakanya dikelilingi oleh batu akik yang dibingkai dengan kotak kaca. Alquran tesebut dibalut dengan lapisan terbuat dari kayu jati yang diukir. Proses pembuatan Alquran raksasa itu memakan waktu beberapa tahun, hingga akhirnya selesai di sekitar akhir tahun 1990 oleh salah seorang ustaz.

Di Masjid Perahu juga terdapat Majlis Taklim yang didirikan, yaitu Majlis Taklim untuk para ibu rumah tangga. Mereka biasanya mengadakan pertemuan setiap hari Sabtu.

“Sebelumnya, ada Majlis Taklim untuk bapak-bapak, tapi semenjak rumah warga menjadi apartemen lama-kelamaan anggotanya berkurang karena banyak yang sudah pindah rumah,” tambah KH. Makhmud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement