REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada awal abad ke-20, orang-orang Tatar Lipka menjadi bagian masyarakat Polandia dan bergabung dengan kelompok Katolik Roma dalam migrasi massal ke Benua Baru. Di sana, mereka bahkan mendirikan masjid di Brookyn dan New York yang hingga hari ini masih digunakan.
(Baca: Polandia, Surga bagi Umat Islam)
Pada 1919, saat perang Polandia-Bolshevik pecah, dua pejabat militer Polandia keturunan Tatar, yakni Maciej Bajraszewski dan Dawid Janowicz-Czainski, membentuk Resimen Kavaleri Tatar yang memperkuat pertahanan Polandia. Pascaperang, unit ini kemudian bertransformasi menjadi skuadron dan meneruskan tradisi kejayaan militer bangsa Tatar pada abad 20, seperti ketika persemakmuran masih ada.
Sensus nasional pada 1931 mencatat, terdapat sekitar 6.000 orang Tatar di Polandia. Sebagian besar dari mereka tinggal di Wilno, Nowogrodek, dan Bialystok Voivodeships. Sementara sejumlah besar orang Tatar Lipka bertahan di luar perbatasan Polandia, mayoritasnya di Lituania dan Belarusia.
Meski kecil, komunitas Tatar adalah kelompok minoritas paling cemerlang di Polandia. Muslim Religious Association yang berdiri pada 1917 memusatkan programnya terhadap penjagaan aneka ibadah umat Islam. Di saat yang sama, Cultural and Educational Association of Polish Tatars bekerja menjaga dan menguatkan budaya dan tradisi bangsa Tatar.
Pada 1929, Museum Nasional Tatar dibagun di Wilno dan pada 1934 dibangun pula Pusat Arsip Nasional Tatar. Semua Muslim yang terdaftar dalam satuan militer dikirim ke Skuadron Kavaleri Tatar di Resimen Kavaleri 13. Di sini mereka dibolehkan memakai seragam dan simbol sendiri. Sementara, pasukan Army Oath for Muslim merupakan pasukan Muslim lainnya yang dikukuhkan oleh imam besar tentara Polandia, Ali Ismail Woronowicz.
Sebelum Perang Dunia II terjadi, para pemimpin Muslim Tatar membentuk Dewan Mufti yang menyediakan pendidikan bagi para calon imam. Selama Perang Dunia II, komunitas Tatar Polandia merasakan dampak dari hubungan baru Jerman-Soviet dan Polandia-Soviet. Banyak intelektual Tatar yang dibunuh dalam peristiwa AB Action. Pascaperang, mayoritas permukiman Tatar dihancurkan oleh Soviet, dengan hanya tiga permukiman Tatar yang tersisa, yakni Bohoniki, Kruszyniany, dan Sokolka. Orang Tatar kemudian berpencar ke seluruh Polandia.
Saat ini, Muslim Tatar yang berasal dari Polandia banyak didapati hidup di Belarus dan Lituania. Setelah sempat vakum, pada 1971, Muslim Religious Association diaktifkan kembali dan sejak 1991 dibentuk pula Perkumpulan Muslim Polandia. Tahun berikutnya, Association of Polish Tatars juga kembali bergeliat.
Selain bagi komunitas asli Tatar, pada 1970-an, Polandia juga menjadi rumah bagi warga asli yang menjadi mualaf. Pada 1970 hingga 1980-an, Polandia mengundang para pelajar dari negeri-negeri berbahasa Arab dari Timur Tengah dan Afrika untuk belajar di sana. Banyak di antara mereka yang akhirnya memilih menetap. Mereka membentuk organisasi dan mendirikan masjid dan mushala.