Rabu 09 Nov 2016 00:29 WIB

Islam Mainkan Peranan Penting dalam Sejarah

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Azyumardi Azra
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra menuturkan, Islam memainkan peranan penting dalam perjalanan sejarah, sosial budaya, intelektual, politik, dan ekonomi antardaerah nusantara dan Asia Tenggara. "Islam memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah," kata dia dalam Konferensi Sejarah Nasional (KSN) X Tahun 2016 di Jakarta, Selasa (8/11).

Azyumardi menuturkan, ahli Islam Asia Tenggara, Judith Nagata mengungkapkan pentingnya posisi dan peran Islam dalam dinamika antardaerah, "Hal ini hampir mustahil untuk memikirkan Melayu tanpa mengacu pada Islam (1986)."

Pun demikian dengan Ernest Gellner yang menyatakan, "Islam telah menjadi cara hidup dan merupakan high culture oleh masyarakat Muslim pribumi, termasuk di Dunia Melayu-Nusantara ini (1983)."

Azyumardi menegaskan, kendati nusantara terdiri dari belasan ribu pulau dan semenanjung, tetapi Islam menyatukan semuanya. "Ranah peradaban Islam Nusantara, adalah salah satu dari delapan ranah peradaban Islam," ujar dia.

Menurut Azyumardi, kesatuan ranah peradaban Islam Nusantara, terlihat dari distingsi pemikiran, pemahaman dan praksis Islam yang terbentuk dalam perjalanan sejarah panjang. Hal tersbut menyebabkan, dinamika di satu daerah dengan cepat dapat berkembang dan mempengaruhi dinamika di daerah lain.

"Integrasi ranah peradaban Islam Nusantara dimungkinkan, terutama karena kenyataan bahwa ranah ini adalah sebuah'benua maritim'," tutur Azyumardi.

Menurutnya, kenyataan sebagai 'benua maritim' membuat ranah tersebut menjadi sangat cair dan mengalir. Sehingga, mendekatkan dan mengintegrasikan beragam tradisi Islam lokal daerah menjadi 'Islam Nusantara' yang distingtif.

Azyumardi menjabarkan, distingsi Islam Nusantara bertumpu pada tiga aspek, yakni, kalam (teologi) Asy'ariyah-Jabariyah, fikih mazhab Syafi'i, dan tasawuf Ghazalian. "Dalam tiga kerangka ortodoksi ini, setiap daerah dengan suku bangsanya juga mengembangkan tradisi sosial-budaya yang khas, yang pada gilirannya memperkaya tradisi Islam Nusantara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement