REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turun ke bawah (turba) termasuk "gaya" kepemimpinan yang layak diperkenalkan di Tanah Air. Apakah turba pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya? Bila pernah, apa saja yang dilakukan oleh beliau dan sahabat-sahabatnya?
Kendati dua pertanyaan tersebut tampak sederhana, terlebih dahulu kita perlu membuka lembaran-lembaran sejarah untuk menjawabnya. Tidak lain agar kita dapat menjawabnya sesuai dengan fakta sejarah.
Anak perempuan Khabbab bin Aratt menceritakan bahwa pada suatu hari ayahnya (Khabbab) diberi tugas untuk melaksanakan pengintaian atau spionase. Selama ayahnya melaksanakan tugas tersebut, Rasulullah berjanji kepada keluarga Khabbab untuk membantu segala keperluan mereka sehari-hari.
Sungguh di luar dugaan, Rasulullah benar-benar membantu segala keperluan sehari-hari keluarga Khabbab. Dengan tangannya sendiri beliau memerah susu kambing dan menampungnya dalam mangkuk besar milik mereka.
Mangkuk besar milik keluarga Khabbab pun benar-benar penuh dengan susu kambing. Kegiatan tersebut dilakukan Rasulullah hingga Khabbab kembali ke keluarganya setelah melaksanakan tugas pengintaian atau spionase yang diberikan kepadanya.
Abu Bakar RA suka membantu penduduk kampung sekitar Madinah sewaktu kaum prianya pergi untuk berdagang atau berperang. Dia juga tak sungkan-sungkan membantu memerah susu kambing warga sekitar dengan tangannya sendiri.
Sewaktu Abu Bakar menjabat khalifah, terdengar olehnya seorang wanita berkata, "Sekarang dia sudah menjadi khalifah, kemungkinan dia tidak akan memerah susu kambing kita lagi."
Namun, apa kata Abu Bakar? "Saya tidak akan meninggalkan kebiasaan baik itu. Saya berharap jabatanku tidak akan mengubah sedikit pun apa yang biasa saya lakukan." Setelah mendengar pernyataan sang khalifah, wanita tersebut pun yakin dengan kesungguhan Abu Bakar dalam membantu sesamanya.
Begitu juga dengan Umar bin Khattab RA. Umar biasa membantu janda-janda menyediakan air untuk keperluan mereka, khususnya pada malam hari. Suatu malam Thalhah bin Ubaidillah RA melihat Umar masuk ke dalam rumah seorang wanita. Ada apa gerangan?
Esok harinya, Thalhah mengunjungi rumah tersebut. Ternyata penghuni rumah tersebut adalah wanita tua. Matanya tidak bisa digunakan untuk melihat. Kakinya tidak bisa digunakan untuk melangkah. Di rumah tersebut dia tinggal sendirian.
Thalhah bertanya kepada wanita tua itu, "Apa yang dilakukan pria yang datang tadi malam di rumah ini?" "Dia sejak lama telah berjanji kepadaku untuk memberikan sesuatu yang bisa memperbaiki kondisiku dan melepaskanku dari kesulitan yang aku alami," jawab wanita tua itu.
Mendengar jawaban wanita tua tersebut, Thalhah terenyuh lantaran teringat akan kondisi ibunya. Dia berkata pada dirinya, "Ibumu tidaklah mungkin bangga pada dirimu. Tidak inginkah kamu meneladani tindakan Umar?"
Sahabat-sahabat lainnya juga gemar membantu sesama. Mujahid berkata, "Saya pernah menemani Abdullah bin Umar agar saya dapat melayani keperluannya. Tetapi, kenyataannya, malah dia yang lebih banyak melayani keperluan saya."