Senin 31 Oct 2016 16:26 WIB

Peran Penting Irak dalam Produksi Manuskrip Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.
Foto: telegraph
Patung ksatria Mongolia dan Genghis Khan di wilayah Inner Mongolia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --   Di antara banyak kota di Irak, Baghdad adalah yang terpenting bagi perkembangan literatur Islam setelah selama empat abad menjadi ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Setidaknya ada 4.300 karya yang beredar di sana pada abad ke-10 dengan spektrum tema yang luas, dari filosofi hingga sains.

Karya-karya para penulis Islam itu kemudian disimpan di berbagai perpustaan publik. Ada pula yang tersimpan di perpustakaan pribadi yang terbuka untuk publik.

Baghdad mulanya merupakan ceruk ilmu yang seakan tiada habisnya. Hingga pada 1258 Masehi, datanglah peristiwa yang dianggap bencana besar bagi peradaban Muslim dan budaya ilmu Islam. Bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulegu Khan menaklukan Baghdad. Tak hanya memenggal khalifah dan sebagain besar Muslim di sana, menurut Ibnu Khaldun, pasukan ini juga membuang karya para ulama ke Sungai Tigris.

Dengan segala yang tersisa setelahnya, manuskrip tetap ditulis dan perpustakaan tetap bertahan. Kondisi kemudian berubah saat para pemimpin Mongol menjadi Muslim, mereka menjadi penjamin akan kerberlangsungan tradisi ilmu ini meski tak sejaya pada masa lalu. Pada abad ke-14, manuskrip sains dan mushaf Alquran kembali diproduksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement