Sabtu 29 Oct 2016 16:03 WIB

Rok Polisi, Habib Rizieq, dan Pengamanan Aksi 'Membela Islam'

Profesi Polwan membuat para polisi wanita ini kerap terpapar cahaya matahari. Kampanye Berani Matahari, Kamis (1/9), mengajak wanita khususnya lebih menyadari efek tidak melindungi kulit dari sinar UV.
Foto:
Kapolri Tito Karnavian. (Republika/Wihdan)

Nah, di balik urusan bias gender di atas, sebuah makna lain dari arahan Iriawan adalah melakukan upaya represif terhadap gerakan provokatif. Tentu hal ini harus dilihat konteksnya, apa, siapa, mengapa, kapan, dimana akan ada gerakan provokatif tersebut?

Gerakan besar di Jakarta hanya ada dua hal yang patut dihitung, pertama adalah gerakan Membela Islam, pimpinan Habib Rizieq dan para ulama. Kedua, adalah gerakan massa untuk pemilihan gubernur DKI. Tidak ada terlihat gerakan lainnya.

Untuk yang pertama, Habib Rizieq dkk sudah melakukannya dalam skala besar beberapa Jumat lalu. Semuanya berjalan lancar, sesuai dengan undang undang yang mengatur hak hak rakyat menyatakan pendapat di muka umum. Sedangkan hal kedua, politik pilkada, sudah pasti bersifat siklik atau periodik yang biasa buat demokrasi. Apakah demokrasi itu ancaman? Lalu di mana ancaman provokasi yang harus ditembak?

Menembak adalah tindakan represif polisi. Dan Itu yang akan ditinggalkan Tito Karnavian, selaku pejabat Kapolri saat ini.

Tito melakukan berbagai langkah dialog dengan kekuatan kekuatan sosial. Awal pekan ini, Tito berdialog dengan aktifis lintas generasi, yang difasilitasi Bursah Zarnubi dan Hariman Siregar. Ratusan aktifis kiri kanan dan tua muda hadir.

Dialog itu mengetengahkan pikiran Tito sbb: (1) Public Trust. Polisi akan meningkatkan terus kepercayaan publik pada institusi nya. (2) Preventif. Polisi akan mengarahkan kenyataannya untuk mencegah gejolak sosial, melalui berbagai dialog dan meninggalkan pendekatan represif. Untuk itu polisi juga akan memperbaharui postur anggaran, dengan lebih membiayai divisi intelijen dan kamtibmas. (3) Sebagai elit nasional, Tito Karnavian akan menjembatani berbagai dialog dari elemen bangsa untuk menghindari ketegangan sosial dalam masyarakat yang mungkin disebabkan oleh demokrasi dan Global Change.

Pikiran Tito ini pikiran yang cemerlang. Selain mempertimbangkan cost and benefit Ratio, Tito juga mempunyai pandangan Futuristik tentang social change (perubahan sosial)..

Persoalannya tinggal, apakah Tito merespons soal "Rok rok" Polisi ini secara tepat dan cepat?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement