Rok Polisi, Habib Rizieq, dan Pengamanan Demonstrasi 'Membela Islam'
Oleh: Dr Syahganda Nainggolan, Pendiri Kelompok Kajian Sabang Merauke Circle
======
‘Le Livre de la Cite des Dames’ atau The Book of The City of Ladies, karangan Christine de Pizan ditulis lebih dari 600 tahun lalu, di Prancis, untuk mengkritik kumpulan puisi Le Roman de La Rose yang terlalu menonjolkan sisi seksualitas perempuan secara baerlebihan dan dianggap merendahkan. Dalam buku yang menggunakan kiasan menghadirkan lady reason, Lady rectitude, dan lady justice , buku ini coba menjelaskan bahwa perempuan bukanlah makhluk hina, penzina, lemah, tidak stabil, tidak dapat dipercaya , dan bahkan ada yang berkorban untuk kemanusian (Martyrdom).
Perjuangan perempuan dalam membangun kesetaraan atau emansipasi terus berlangsung dari abad ke abad. Di Indonesia, perjuangan perempuan di simbolkan oleh Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Din dan lain sebagainya pada perjuangan kebangsaan kita, sebagai tanda kesetaraan gender terhadap laki-laki. Hak hak perempuan untuk berpendidikan, bekerja, berpenghasilan, berpolitik, menjadi presiden dan berbagai hak dan tanggung jawab sosial sudah dan terus kita lakukan, agar emansipasi semakin nyata. Hal ini sesuai juga dengan semangat global untuk tidak merendahkan hak hak perempuan dan bias gender.
Namun, beberapa hari ini kita dipolemikkan dengan wacana yang terbangun dari pernyataan kepala polisi Jakarta, Irjen Iriawan. Dalam arahannya kepada pimpinan kepolisian di Jakarta, Iriawan mengatakan bahwa polisi-polisi itu pake rok saja jika tidak berani menindak provokator. Silakan istri-istri polisi mengukur ukuran pinggang suaminya, agar dibuatkan rok.
Pernyataan Iriawan inipun dikecam berbagai kalangan, termasuk anggota Komisi III DPR RI selaku mitra kerjanya. "Apakah wanita itu pengecut?", tanya Dasco Ahmad, anggota DPR RI. Begitu juga tanya yang lainnya.