Jumat 28 Oct 2016 09:03 WIB

Marx, Iqbal, Superman: Ketika Goethe Diam-Diam Memplagiat Alquran

London
Foto:
Masjid Badshahi Lahore, Pakistan. Persis di halaman samping kompleks masjid inilah filsuf M Iqbal di makamkan.

Sejalan dengan kegelisahan Goethe, pesan Iqbal dialihkan ke Karl Marx (1818-1883). Iqbal kagum pada gagasan ekonomi Marx. Karena terlalu kagum, ia menyebut Marx sebagai “nabi” tanpa wahyu”. Orang seperti Marx boleh jadi “hatinya beriman tapi otaknya kafir”. Karena itu, pesan Iqbal, baiknya Marx kembali kepada agama dan nilai-nilai spiritual. Pesan itu secara puitis dituangkan dalam Javid Namah “Orang Barat kehilangan visi tentang surga. Mereka berburu mencari spirit murni dari perut.”

Iqbal pun berpesan kepada Nietzsche (1884-1900). Nietzsche adalah pemikir cengeng. Ia merintih bagai orang tua dan menangis cengeng seperti anak kecil. Ketika pikirannya buntu ia menangis “where is man”. Siapa yang bisa saya “orangkan”. “Aku perlu guru (master)”, katanya. Master yang bisa membimbing jiwa. Sayangnya teriakannya tidak bisa memanggil orang semerdu azan, dan tidak mampu mengusik telinga sekuat musik rock. Tangisan Nietzsche adalah nyanyian spiritual yang tidak lagi digubris di Barat. Mencari guru spiritual di Barat hanyalah utopia.

Anehnya, dalam kesunyian spiritualnya dan kebuntuan intelektualnya Nietzsche menawarkan gagasan Superman. Iqbal pun segera tahu, gagasan itu pinjaman dari literatur Islam atau Timur. Sayangnya baju Superman itu tidak berlabel S (baca: Spiritualisme), tapi M (baca: Materialisme). Superman “ciptaannya” hanyalah makhluk biologis yang tanpa moral dan spiritual.

Nietzsche hanya membuang tenaga dan waktu saja, kata Iqbal. Gagasan Superman, tanpa melibatkan realitas khudi (Tuhan) adalah omong kosong. Pancaran sinar matanya hanya dapat menembus dimensi fisik. Konsepnya hanya setingkat kemanusiaan (nasut).

Masih ada dua tingkat lagi yang belum dilalui: realisasi diri dalam konteks sosial dan kesadaran ketuhanan (lahut). Iqbal pun gregetan: “Kalau orang Barat itu (maksudnya Nietzsche) masih hidup hari ini, tentu aku akan menjelaskan tingkat Kesadaran Ketuhanan ini”. Mestinya Superman diganti dengan Insan Kamil, kombinasi dari kesadaran ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut).

Masih soal manusia, Iqbal juga berpesan kepada kaum Feminis. Gerakan wanita modern ini, kata Iqbal, memisahkan wanita dari tanggungjawab biologisnya. Peranan tertinggi wanita itu adalah ibu bangsa.

Tapi wanita modern terlanjut menabur benih individualisme. Kodrat kewanitaan dikorbankan untuk mengisi perut. Ini sama saja dengan bunuh diri, lanjutnya. Hasilnya wanita Barat hanya memiliki kebebasan dan sanjungan. Sementara wanita Timur juga memiliki kebebasan tapi dengan segala kehormatan dan penghargaan (with respect and honor). “Barat tidak memahami wisdom dibalik kerudung wanita Timur”, katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement