REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Adanya pemberitaan tentang permintaan biaya visa dari Arab Saudi bagi jamaah yang melaksanakan umrah untuk kedua kalinya atau lebih dinilai sangat memberatkan. Salah seorang warga yang akan melaksanaka umrah untuk kedua kalinya, Tri Fatah mengatakan, mengaku keberatan dengan aturan tersebut.
Dia mengatakan, dua kota suci di Arab Saudi itu untuk beribadah seluruh umat Islam di dunia. Jadi yang perlu diketahui kota Makkah dan Madinah itu milik umat Islam, bukan hanya milik Arab Saudi.
"Pemerintah Arab Saudi tidak bisa gunakab tempat ibadah sebagai bisnis. Karena harga minyak turun lalu mau memanfaatkan tempat ibadah sebagai pemasukan mereka itu tidak benar," kata karyawan swasta di tambang batu bara ini.
Dia mengatakan, kecuali kalau yang harus menambah visa itu untuk kunjungan ke Jeddah, Riyad dan lain-lain yang bukan tempat ibadah, masih bisa dimaklumi.
Tri mengatakan, kalau benar ada permintaan 2.000 riyal, berarti dia harus menambah uang Rp 69 juta lagi. Menurut Tri, seharusnya pemerintah Indonesia bisa melakukan intervensi ke Arab Saudi karena jamaah umrah dari Indonesia terbesar.
Dia mengaku belum diberitahu oleh pihak travel biro perjalanan umroh yang akan memberangkatkannya. "Saya mendapat informasi itu dari reman-teman lewat Whatsapp. Ketika saya tanyakan ke pihak biro travel mereka malah belum mendapat informasi tersebut," ujarnya.