REPUBLIKA.CO.ID, ST. LOUIS -- Ada pertanyaan menggelitik saat debat calon presiden AS beberapa waktu lalu. Pertanyaan tersebut mungkin jadi pertanyaan semua umat Muslim di AS.
Dilansir Alarabiya, Selasa (11/10), pertanyaan tersebut dilontarkan seorang perempuan keturunan Palestina, Gorbah Hamed. Ia lahir dan dibesarkan di Missouri sebelum pindah ke Illinois dua tahun lalu.
Hamed bertanya pada Donald Trump dan Hillary Clinton di depan jutaan orang yang menyaksikan debat kedua capres AS itu. "Ada 3,3 juta Muslim di AS dan saya satu diantaranya," kata Hamed mengawali pernyataan.
"Anda bicara soal bekerja sama dengan negara Muslim, namun dengan meningkatkan Islamofobia, bagaimana Anda menolong orang seperti saya yang harus berhadapan dengan konsekuensi dicap sebagai ancaman negara setelah pemilu berakhir?," tanya Hamed.
Trump mengakui Islamofobia adalah masalah di AS dan ia menyebutnya memalukan. "Tapi Muslim harus melakukan hal yang lebih baik untuk melapor ketika melihat sesuatu," jawab Trump.
Kepada Alarabiya, Hamed mengaku tidak puas dengan jawaban miliarder New York itu. Menurutnya, Trump tidak menjawab pertanyaan, malah menuduh Muslim menyembunyikan informasi orang-orang yang melakukan kesalahan. Hamed mengatakan, setiap Muslim akan melaporkan orang yang mencurigakan, entah Muslim atau bukan.
Kepada Alarabiya, Hamed juga menceritakan bagaimana ia bisa berada di ruangan debat. "Saya diberitahu bahwa saya adalah pemilih yang belum memutuskan sehingga ditawarkan untuk hadir saat debat," kata Hamed.
Ia pun setuju dan diminta untuk melakukan pemeriksaan Secret Service. Hamed berharap ini bisa menjawab pertanyaan banyak orang bagaimana Hamed bisa berada di sana.
Hamed mengatakan ia belum memilih calon presiden karena fakta bahwa keduanya tidak membela isu inti Muslim Amerika. Termasuk isu soal Palestina.
"Ini penting karena Clinton mendukung Israel 100 persen, masalahnya, orang yang mendukung Israel juga mendukung pelanggaran HAM pada Palestina setiap harinya," kata Hamed. Trump pun tidak bisa dipercaya.
Ini bukan pertama kalinya Trump menuduh Muslim Amerika tidak melaporkan ekstrimis. Saat penembakan massal di klub malam Orlando, nominasi Republik ini mengatakan komunitas Muslim tidak melaporkan orang-orang seperti ini karena sejumlah alasan. Pelaku penembakan Orlando diketahui sebagai Muslim Amerika.