REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam di Jepang terbilang masih sangat baru. Dibanding negara Asia lain, Islam dikenal paling akhir di negeri matahari terbit tersebut. Baru pada sekitar akhir abad ke-19, Jepang bersentuhan dengan agama rahmatan lil 'alamin ini.
Selain Tokyo, ada kota lain yang menjadi titik awal dikenalnya Islam di negeri Sakura, yakni Kobe. Seperti namanya, yang berarti Gerbang Tuhan, Kobe menjadi gerbang awal masuknya Islam di negeri timur Asia tersebut.
Selain menjadi kota terbesar kelima di Jepang, Kobe memiliki posisi yang amat strategis. Berada di kawasan Kansai, Prefektur Hyogo, Kobe di masa lalu menjadi tempat berkumpulnya para pedagang.
Saat inipun Kobe menjadi salah satu kota metropolitan Jepang bersama Kyoto dan Osaka. Kobe menjadi saksi sejarah panjang Jepang, termasuk sejarah awal mula masuknya komunitas Muslim di Jepang.
Muslimin Kobe bermula dari para imigran Turki-Tartar yang tiba di Jepang di tengah berkecamuknya Perang Dunia I. Mereka hijrah dari Rusia yang diguncang revolusi Bolshevik dengan pimpinan Stalin yang komunis dan ateis, ke Jepang.
Samir Abdel Hamid Nouh dalam Komunitas Muslim di Jepang mengatakan, Turki-Tatar adalah imigran yang berasal dari Kazan, Tatarstan, dan Bashkirstan (kini Bashkortostan). Mereka tiba di Kobe dan Tokyo pada 1927, lalu membentuk komunitas Muslim pertama di Negeri Sakura.
Meski demikian, jumlah mereka tidaklah seberapa. Belakangan, datanglah para pedagang India dan Arab yang sukses menjalankan bisnis di Kobe.
Dari komunitas Muslim India dan Arab inilah, Islam kemudian berkembang pesat di kota seluas 552 kilometer persegi itu. Mereka bergabung dengan imigran Muslim dari Turki-Tartar dan hidup damai di Kobe. Hari demi hari, makin banyak jumlah umat Islam di Kobe. Keinginan untuk membangun masjid pun muncul.
Saat itu, seorang saudagar kaya raya asal Kalkuta, India, Ferozuddin, menyumbang dana besar untuk pembangunan masjid. Maka, berdirilah Masjid Muslim Kobe pada 1935 sekaligus menjadi masjid pertama di Jepang.
Berdirinya masjid ini berdampak sangat positif bagi perkembangan Islam di Kobe. Syiar Islam kian gencar. Tak sedikit warga setempat yang kemudian memeluk agama Islam. Alhasil, jumlah Muslimin di kota ini kian bertambah. ''Masjid dianggap sebagai simbol keberadaan komunitas Muslim,'' ujar Nouh.