REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desain tradisional Masjid Agung Lhasa terlihat pada bagian atap yang berbentuk lengkungan sirkular. Sementara, desain Islam tradisional diwakili oleh dua menara kecil yang posisinya menyatu dengan atap masjid paling sisi pada bagian depan masjid.
Desain tradisonal Tibet begitu kental terlihat pada ukiran dan lukisan bunga-bunga dan flora, dalam sentuhan warna biru pada bagian muka. Arsitektur masjid yang berdiri di atas tanah seluas 2.600 meter persegi ini cukup sederhana tetapi cukup menyolok.
(Baca: Masjid Agung Lhasa, Simbol Toleransi Tibet)
Ini bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain di pusat Kota Lasha yang secara umum biasa saja, tanpa paduan gaya. Tidak mengherankan jika unsur standar bangunan masjid yang terpasang di Masjid Lasha, seperti dua menara dan kubah yang terlihat dari kejauhan memberikan nuansa lain di Kota Lasha.
Masjid Agung Lhasa memiliki tiga pintu masuk sebagai penghubung menuju bagian ruang utama masjid. Seperti halnya bangunan-bangunan mewah dengan halaman luas di Tibet, Masjid Agung Lasha juga dilengkapi sebuah gerbang besar sebagai penghubung area luar dengan halaman masjid.
Gerbang Masjid Agung Lhasa dengan arsitektur khas Tibet ini mirip seperti gerbang yang lazim digunakan di wihara Budha. Ornamen gerbang didominasi polesan warna merah, lukisan flora, dan atap khas yang terdiri atas tiga undakan atap.
Pembedanya dengan bangunan-bagunan tempat ibadah agama lain adalah papan nama besar dengan ukuran 1,5 x 1 meter. Tulisan pada papan berwarna pekat ini menggunakan tiga aksara sekaligus, yaitu aksara Arab serta dua aksara setempat, yang jika diartikan kurang lebih Masjid Agung Lhasa di Tibet.
Masjid dengan total bangunan utama seluas 1.300 meter persegi ini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung. Fasilitas tersebut terdiri atas ruang shalat utama dan bangunan penunjang, termasuk bangunan bunker, menara air, kamar mandi, tempat wudhu, dan lain-lainnya.
Ruang utama shalat memiliki luas 285 meter persegi, terdiri atas ruang inti dan ruang terbuka. Gedung bunker atau gedung Xuanli merupakan bangunan utama masjid ini. Jika melihat bagian dalam Masjid Agung Lhasa memang terlihat sederhana jauh berbeda dengan bagian eksterior masjid yang banyak memasang ornamen dan desain-desain unik dan terkadang mewah.
Lantai masjid ini terbuat dari kayu yang ditutupi permadani berwarna merah berpola shaf untuk menyamakan barisan saat shalat. Hiasan yang terdapat pada interior masjid juga terlihat sederhana. Di sebelah kanan-kiri mimbar terpampang gambar Masjid al-Haram dalam ukuran besar.
Namun, satu hal yang unik dari masjid ini adalah adanya tasbih yang banyak bertebaran di permadani yang disediakan oleh pengurus masjid untuk para jamaah. Konon, kebiasaan Muslim Tibet bertasbih dengan suara yang agak keras tidak seperti di Indonesia yang biasanya bertasbih dengan suara nyaris tak terdengar.