Selasa 20 Sep 2016 13:35 WIB

Diprotes, Sebuah Kampus di Cina Hentikan Fasilitas bagi Mahasiswa Muslim

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Muslimah etnis Uighur di Cina.
Foto: ap
Muslimah etnis Uighur di Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, HEFEI -- Sebuah universitas di Provinsi Anhui Cina, Anhui University of Science and Technology, akhirnya menghentikan fasilitas ruang mandi yang semula diperuntukkan khusus bagi mahasiswa Muslim. Revisi keputusan ini dilakukan menyusul protes yang disampaikan mahasiswa lainnya.

Beberapa foto tersebar viral di media sosial Sabtu (17/9) lalu dan menunjukkan sebuah ruang mandi di Anhui University of Science and Technology yang diberi tanda khusus mahasiswa Muslim.

Salah satu foto menunjukkan sebuah kertas yang digantung bertuliskan berdasarkan Alquran, mandi adalah aktivitas yang sangat pribadi dan tidak boleh dilihat orang lain. Untuk menghormati mahasiswa Muslim, kami menyediakan ruang mandi khusus ini bagi mereka.

Fasilitasi yang diberikan pihak universitas bagi mahasiswa Muslim itu menuai protes. Netizen mempertanyakan keputusan universitas mengistimewakan mahasiswa Muslim. Memisahkan mahasiswa Muslim dari yang lain bahkan dinilai akan membuat mahasiswa Muslim besar kepala.

Seorang pegawai Departemen Kehumasan Anhui University of Science and Technology bermarga Zhang mengatakan, karena tekanan itu, pihak universitas membatalkan fasilitasi area mandi khusus mahasiswa Muslim itu dan mencopot aneka tulisan yang semula mereka tempel. Zhang menyebut, hanya sembilan bilik yang disediakan bagi mahasiswa Muslim, demikian dilansir The Global Times, Selasa (20/9).

Anhui University of Science and Technology mulai menerima mahasiswa Muslim dari Daerah Otonomi Uighur Xinjiang sejak 2015. Ada 14 mahasiswa Muslim yang belajar di sana dan mereka diterima di jurusan kedokteran klinis dan sastra.

Anhui University of Science and Technology berencana menerima kurang dari 20 mahasiswa dari Xinjiang pada masa penerimaan mahasiswa baru tahun ini. Profesor studi etnik Minzu University of China di Beijing, Xiong Kunxin, menilai langkah yang dilakukan Anhui University of Science and Technology merupakan hal tidak perlu.

Sebab pemisahan ruang mandi sebenarnya memisahkan mahasiswa satu dengan mahasiswa dari etnis berbeda dan hanya menciptakan hambatan budaya saja. "Memberi tanda khusus bagi kelompok tertentu untuk fasilitas umum bertentangan dengan nilai kesetaraan, persatuan, dan hubungan mutual di antara beragam kelompok etnik yang ada," ungkap Xiong.

Ia mengakui sentimen anti Muslim itu memang ada di Cina. Di beberapa provinsi dengan populasi Muslim yang cukup besar seperti Daerah Otonomi Ningxia Hui, kata Xiong, budaya Islam bahkan terlalu menekan dengan dimunculkannya bank halal dan produksi air halal.

Dalam keriuhan di terhadap Muslim oleh media sosial, netizen Cina memiliki frase baru bagi Islam menggunakan Agama Hijau dan si hijau yang merujuk pada Muslim. Penggunaan kata hijau sendiri muncul mengingat warna ini identik dengan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement