Selasa 13 Sep 2016 04:25 WIB

Jadikan Semangat Berkurban Sikap Hidup

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Pemotongan hewan kurban di Masjid Baitullah Palembang, Ahad (12/9)
Foto: maspril aries
Pemotongan hewan kurban di Masjid Baitullah Palembang, Ahad (12/9)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrohman  mengatakan ibadah kurban itu memiliki dua dimensi yakni ibadah yang sifatnya vertikal semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah dan ibadah yang bersifat horizontal yakni menyantuni para dhuafa melalui pembagian daging kurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan.

Hal itu disampaikan dalam khutbah Idul Adha 1437 dengan tema “Membangun Insan Bertauhid yang Memberdayakan,’’di Alun-Alun Utara Yogyakarta, Senin (12/9).

Dia menjelaskan kurban merupakan wujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama. Bahwa seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan untuk menolong orang.

‘’Semangat rela berkorban seperti inilah yang seharusnya selalu ada di setiap anak negeri ini, terlebih pada diri para pemimpin bangsa. Apabila para pemimpin telah memiliki jiwa rela berkurban untuk kepentingan rakyat yang dipimpinnya, niscaya ia tidak akan berlaku korup, menggasak uang negara utuk kepentingan dirinya.

Ketika orang yang mampu dan memiliki harta berlebih telah memiliki semangat berkurban, semangat menolong penderitaan saudaranya, maka kesejahteraan sesama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hiduonya. Dia sadar bahwa menolng sesama adalah wujud ibadah yang sangat tinggi nilainya di mata Allah.

Lebih lanjut Agus mengatakan menolong sesama sebagai perwujudan amal sholeh dari iman yang telah tertanam dengan kokoh sebagaimana dalam firman Allah QS. Al Baqarah-177 yang menggambarkan sikap taqwa seorang hamba.

‘’Oleh karena itu marilah semangat berkurban ini senantiasa menjadi sikap hidup kita. Bahwa menjaga iman dengan menegakkan tauhid harus juga diikuti dengan kepedulian kita terhadap penderitaan sesama,’’saran Agus yang juga sebagai dokter spesialis saraf serta dosen Fakultas Kedokteran UII ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement