Senin 12 Sep 2016 19:00 WIB

Kurban Tetap Semarak di Tengah Isu Pelambatan Ekonomi

 Panitia menyiapkan daging kurban untuk dibagikan di Masjid Fajar Baitullah, Rawapanjang, Bojonggede, Bogor, Senin (12/9).
Foto: Musiron/Republika
Panitia menyiapkan daging kurban untuk dibagikan di Masjid Fajar Baitullah, Rawapanjang, Bojonggede, Bogor, Senin (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di tengah-tengah isu pelambatan dan kelesuan ekonomi, ibadah di Indonesia ternyata tetap semarak. Bahkan meningkat di sejumlah daerah.

Menurut Ketua Umum Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII) Abdullah Syam, fakta tersebut menunjukkan kondisi keagamaan masyarakat Indonesia yang cukup baik, bahwa ketaatan mereka tidak bisa diukur dengan ekonomi.

Justru tradisi unik yang masih bertahan di Indonesia adalah, mereka akan urunan membeli hewan kurban.

Tahun ini, pihaknya menghimpun dan akan mendistribusikan secara nasional sebanyak 22.283 ribu hewan kurban yang terdiri dari sapi, kerbau, dan kambing.

“Total transaksi kira-kira Rp 293 miliar sehingga menggerakkan roda perekonomian peternak lokal,” tuturnya.  

“Beberapa di antaranya malah menabung,” katanya kepada Republika di sela-sela penyerahan kurban secara simbolis di Jakarta, Senin (12/9).  

Abdullah yang juga anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini, mengatakan melalui kegiatan kurban yang bertema “Dengan Kurban Kita Tingkatkan Ketakwaan, Jalin Ukhuwah, dan Kepedulian Sosial”, pihaknya mengajak umat meningkatkan persaudaran sesama Muslim (islamiyah).

Tidak hanya itu, ungkap dia, perlu pula memupuk terus persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah). “Karena itulah kami mengirim kurban ke daerah terpecil non-Muslim juga,” katanya.

Hadir dalam kegiatan pelepasan kafilah distribusi hewan kurban ini, sejumlah perwakilan ormasi Islam, TNI, Polri, dan masyarakat penerima manfaat daging kurban dari masyarakat sekitar.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement