REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan berkurban pada dasarnya bukan hanya sekedar ritual ibadah semata. Lebih dari itu, kegiatan berkurban juga dapat menjadi sarana edukasi bagi anak untuk mempelajari setidaknya tiga nilai kehidupan.
"(Salah satunya) Percaya pada Tuhan pasti, ya. Bahwa Allah pasti punya rencana yang baik," ujar psikolog anak Najeela Shihab MPsi saat ditemui dalam penganugerahan Health Agent Award 2016 di Conclave, Kamis (8/9).
Di samping itu, Najeela mengatakan ibadah berkurban dapat memperkenalkan pada anak bahwa untuk mencapai sebuah tujuan, diperlukan pengorbanan. Dengan begitu, anak-anak akan menyadari bahwa hidup tidak selalu 'menawarkan' kemudahan. Sehingga, pada suatu titik, anak perlu melakukan suatu pengorbanan untuk mencapai tujuan yang ingin mereka raih.
"Melihat bahwa pengorbanan itu bagian yang penting dari mencapai tujuan. Nggak semuanya senang-senang, Nggak semuanya gampang," lanjut Najeela.
Yang tak kalah penting, berkurban juga memperkenalkan anak mengenai welas asih kepada sesama dan tanggung jawab terhadap harta yang dimiliki. Alasannya, melalui berkurban anak-anak akan menyadari bahwa ada sebagian hak orang tidak mampu di dalam harta yang mereka miliki. Menyisihkan sebagian uang jajan untuk membeli hewan kurban secara patungan merupakan salah satu contoh tindakan yang bisa menanamkan nilai welas asih dan tanggung jawab ini kepada anak.
Najeela mengatakan agar anak bisa memahami nilai-nilai ini, orang dewasa perlu memberikan edukasi mengenai esensi dari kegiatan berkurban. Akan jauh lebih baik dampaknya jika anak-anak tidak sekedar mengetahui berkurban sebagai ritual ibadah tapi memahami esensi yang ada di balik ibadah kurban tersebut.
Selain itu, penanaman nilai-nilai baik yang terdapat di balik kegiatan berkurban juga seharusnya tidak hanya diberikan pada momentum khusus seperti hari raya saja. Nilai-nilai baik ini seharusnya juga diberikan secara terus-menerus pada anak di dalam keseharian.
"Konsistensi itu penting," pesan Najeela.