Senin 05 Sep 2016 14:23 WIB

Ini Keunikan Masjid Agung Lhasa Tibet

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Masjid Lhasa di Tibet.
Foto: http://eng.tibet.cn
Masjid Lhasa di Tibet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ornamen gerbang Masjid Agung Lhasa Tibet didominasi polesan warna merah, lukisan flora, dan atap khas yang terdiri atas tiga undakan atap. Pembedanya dengan bangunan-bagunan tempat ibadah agama lain adalah papan nama besar dengan ukuran 1,5 x 1 meter.

Tulisan pada papan berwarna pekat ini menggunakan tiga aksara sekaligus, yaitu aksara Arab serta dua aksara setempat, yang jika diartikan kurang lebih Masjid Agung Lhasa di Tibet. (Baca: Masjid Agung Lhasa Padukan Dua Budaya).

Masjid dengan total bangunan utama seluas 1.300 meter persegi ini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung.

Fasilitas tersebut terdiri atas ruang shalat utama dan bangunan penunjang, termasuk bangunan bunker, menara air, kamar mandi, tempat wudhu, dan lain-lainnya. 

Ruang utama shalat memiliki luas 285 meter persegi, terdiri atas ruang inti dan ruang terbuka. Gedung bunker atau gedung Xuanli merupakan bangunan utama masjid ini.

Jika melihat bagian dalam Masjid Agung Lhasa memang terlihat sederhana jauh berbeda dengan bagian eksterior masjid yang banyak memasang ornamen dan desain-desain unik dan terkadang mewah.

Lantai masjid ini terbuat dari kayu yang ditutupi permadani berwarna merah berpola shaf untuk menyamakan barisan saat shalat.

Hiasan yang terdapat pada interior masjid juga terlihat sederhana. Di sebelah kanan-kiri mimbar terpampang gambar Masjid al-Haram dalam ukuran besar.

Namun, satu hal yang unik dari masjid ini adalah adanya tasbih yang banyak bertebaran di permadani yang  disediakan oleh pengurus masjid untuk para jamaah.  Konon, kebiasaan Muslim Tibet bertasbih dengan suara yang agak keras tidak seperti di Indonesia yang biasanya bertasbih dengan suara nyaris tak terdengar.

Masjid yang semula berdiri dengan luas hanya 200 meter persegi ini, mengalami beberapa kali fase renovasi. Pada 1793, misalnya, komunitas Muslim Hui sebagai etnis terbanyak di wilayah itu menambah luas masjid. 

Pada abad modern, masjid dengan bentuk vertikal ini direnovasi pada maret 2008. Ketika itu, kawasan Muslim di Hebalin termasuk Masjid Agung Lhasa ini sempat dirusak massa pendemo anti-Cina di Tibet.

Kawasan Hebalin dan Masjid Agung mengalami kerusakan di sana-sini akibat rusuh massa. Beruntung, polisi sempat menutup kawasan tersebut dan melarang siapa pun masuk ke sana kecuali warga asli Hebalin dan Muslim dari area lain yang akan menunaikan shalat di Masjid Agung. Langkah tersebut ditempuh untuk meminimalkan kerusakan lebih parah lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement