Oleh: Ina Salma Febriany
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang manusia hidup, sepanjang itu pula mereka berusaha mencari rezeki untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Namun, kesibukan mencari rezeki terkadang tidak diimbangi dengan mencari keridhaan Allah.
Mencari rezeki memang penting. Namun, mencari keridhaan Allah jauh lebih penting. Lalu, bagaimana agar Allah ridha?
Tentu dengan menjalani apa yang diperintahkan Allah juga bersedia menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya. Salah satunya bisa dengan menjaga shalat lima waktu serta menyempurnakan dengan yang sunnah.
“Dan pada sebagian malam, kerjakanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Robb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Qs Al-Isra: 79)
Surah al-Isra ayat 79 di atas adalah anjuran Allah untuk menegakkan shalat tahajjud. Satu-satunya shalat sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah). sehingga, karena begitu mulianya pahala dan derajat orang yang melaksanakan shalat ini, Rasulullah Saw dan para sahabat hampir tidak pernah meninggalkannya.
Kemuliaan orang yang menjalani shalat tahajjud ialah akan diangkat derajatnya oleh Allah. Tak cukup itu saja, Allah Swt mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan di 1/3 malam terakhir. Apa yang dimaksud dengan 1/3 malam terakhir?
Allah menciptakan waktu malam atas tiga bagian yakni waktu utama atau 1/3 malam pertama, dimulai dari ba’da Isya hingga pukul 22.00. kemudian, waktu lebih utama, 1/3 malam kedua adalah jam 22.00 hingga 01.00. terakhir, waktu yang paling utama adalah 1/3 malam terakhir antara jam 01.00 hingga Subuh.
Menurut keterangan yang shahih dan rajih, saat yang paling utama atau waktu terbaik dikabulkannya doa adalah 1/3 malam terakhir, sesuai hadits, “Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar, “Di waktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan shalat malam?” Abu Dzar menjawab, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah Saw sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini. Rasulullah Saw bersabda, “Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya, sedikit sekali yang melaksanakannya,” (HR Ahmad)
Karenanya, memasuki sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah ini, hendaknya kita memanfaatkan malam demi malam dengan beribadah kepada Allah, memperbanyak istighfar, shalawat dan dzikir, juga menyelipkan doa untuk para saudara kita yang sedang berhaji, agar selalu dalam perlindungan-Nya.
Dari Ibn Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada hari-hari yang amalan sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?" Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikit pun " [HR al-Bukhori]
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menghidupkan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah ini dengan amalan-amalan shaleh, serta memanggil kita (yang belum berhaji), untuk mampu melaksanakan rukun Islam kelima itu pada tahun yang akan datang. Aamiin