REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam kian meninggi. Sebuah bangunan yang memendarkan cahaya berwarna putih tampak terlihat menyala dalam kegelapan malam. Di sekitarnya terhias lampu gantung berwarna-warni yang menyiratkan nilai estetika nan khas ketika menyaksikan Masjid Zahir kala malam tiba.
Inilah pesona yang terekam dari masjid tertua di Malaysia. Memandangi bangunan yang berada di jantung Kota Alor Setar, Kedah, ini tentunya akan terlihat adanya pengaruh yang cukup kuat terhadap gaya arsitektur Moorish yang berkolaborasi dengan bentuk lokal. Gaya Moor merujuk pada budaya yang dihasilkan oleh bangsa Moor, khilafah Muslim yang pernah menguasai Spanyol dan sebagian wilayah Afrika pada rentang abad kedelapan hingga 15 Masehi.
Pengaruh gaya Moor ini secara nyata terlihat pada bagian depan atau fasad masjid. Ini tecermin pada permainan lengkungan berbentuk tapal kuda yang menghubungkan bagian kolom masjid. Namun, di masjid ini, bentuk lengkungan tapal kudanya tidak mengadopsi secara utuh menduplikasi gaya arsitektur Moor.
Di sini dilakukan pengayaan bentuk dengan menarik. Bagian tengah lengkungan tersebut menjadi terlihat lebih lancip. Sementara itu, pada bagian ujung teratas kolom dihiasi pula oleh hiasan menyerupai bentuk corynthia, yakni hiasan berupa pola daun acanthus yang rumit.
Lalu, untuk memberi pemanis, pada setiap lengkungan besar yang menghubungkan kolom dihiasi juga dengan lengkungan-lengkungan berukuran lebih kecil. Lengkungan kecil itu dibuat secara berulang dan saling menyatu mengikuti alur bentuk lengkungan utama. Sebagai penanda hadirnya lengkungan kecil itu dipilihlah warna yang terlihat kontras, yakni warna putih. Sedangkan, warna bangunan utama masjid ini mendekati warna kuning.
(Sumber: Pusat Data Republika/Berbagai Sumber)