Selasa 16 Aug 2016 13:21 WIB

Bagaimana Seni Kaligrafi Muncul dalam Dunia Islam?

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Achmad Syalaby
Seorang karyawan toko frame merapihkan display kaligrafi di tokonya di Jakarta, Senin (21/3).
Foto: Republika/ Darmawan
Seorang karyawan toko frame merapihkan display kaligrafi di tokonya di Jakarta, Senin (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaligrafi dinilai sebagai  karya seni yang tidak lekang oleh waktu bagi umat Islam. Pakar Islam University of Edinburgh, Dr. Alain George, menuturkan alasan pentingnya kaligrafi bagi umat Islam.

Dilansir dari BBC, Selasa (16/8), dia menjelaskan,  Muslim mengimani Alqur'an sebagai firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Alqur'an, merupakan kitab yang ditulis dalam bahasa Arab, dan memainkan peran penting dalam standarisasi bahasa Arab.

Namun, sebenarnya ketika pertama kali berkomitmen sekitar abad ke-7, ahli-ahli kitab Muslim tengah menghadapi tugas yang berat dan terbilang menakutkan. Mereka harus mengembangkan karya seni dengan indah, tapi naskahnya berasal dari firman Tuhan.

Selanjutnya, perkembangan kaligrafi berjalan beriringan dengan pergeseran budaya masyarakat Islam dari lisan ke tulisan. Bahkan, kaligrafi mampu dikembangkan menjadi salah satu unsur artistik yang paling khas dari sebuah agama, khususnya Islam. 

Firman Allah SWT ditafsrkan ke dalam bentuk obyek duniawi, menempatkan buku-buku ke dalam pusat budaya Islam. Ditambah, dalam Alqur'an, kata pertama yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad adalah iqra, yang berarti membaca.

Dalam peradaban dunia, ternyata Islam telah mengalami perkembangan. Pengetahuan medapatkan akuisisi yang sangat berharga dalam Islam klasik, sekaligus menempatkan buku sampai memiliki status yang sama dengan pengetahuan tersebut. 

Bentuk seni ini berkembang dan menyebar ke seluruh dunia, dan malah sering menerminkan karakteristik daerah dan masyarakat tempat agama itu berakar. Selama tiga abad pertama Islam, sebuah gaya yang disebut kufi, memiliki prinsip geometris yang ketat.

Kufi, memiliki sekitar 20 literasi yang berbeda, dan menyebar dari Atlantik ke Asia Tengah. Gaya sudut ini kemudian memberi jalan untuk penulisan Arab kursif, yang tetap dominan sampai hari ini.Bahkan, kepopuleran kaligrafi meluas lebih jauh sampai ke Cina, Spanyol, India, Asia Tenggara dan Afrika Barat. Penulisan gaya daerah masing-masing pun muncul, sehingga mengurangi gaya klasik dan kodifikasi geometris formal.

Kemunculan kaligrafi tidak memandang gender, karena baik pria maupun wanita, semuanya bisa menjadi ahli kaligrafi. Mereka adalah seniman yang paling dihormati di masyarakat Islam.

Selama ratusan tahun, garis keturunan dari praktisi yang sangat terampil telah dikembangkan. Akibatnya, kaligrafi memiliki warisan yang sangat kuat berdasarkan transmisi langsung dari pengetahuan satu ke yang lain.

Terakhir, dalam arsitektur, kaligrafi menghiasi situs-situs Islam yang tersuci sekalipun. The Dome of the Rock di Yerusalem, merupakan salah satu prasasti Arab tertua yang pernah ada, ditulis dala mosaik pada 692 dan dibuat hanya enam dekade setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement