Sabtu 06 Aug 2016 07:59 WIB

Keutamaan Haji Mabrur

Pelaksanaan ibadah haji di Makkah.
Foto: reuters
Pelaksanaan ibadah haji di Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno

Musim haji akan segera tiba. Para calon tamu Allah (dhuyufurrahman) tengah bersiap menuju Tanah Suci Makkah untuk memenuhi panggilan-Nya, dan sebagai upaya untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima. Banyak keutamaan bagi yang dapat memenuhi pangilan-Nya untuk berhaji.

Jika dilaksanakan dengan penuh keimanan dan ikhlas karena Allah SWT, tidak berbuat rafats (mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh atau bersetubuh). Lalu, tidak berbuat fusuq (pelanggaran terhadap ajaran agama Allah), dan tidak melakukan jidal (berbantah-bantahan) selama berhaji (QS al-Baqarah [2]: 197), niscaya akan meraih haji mabrur yang balasannya tiada lain kecuali surga.

Rasulullah SAW bersabda, “Hai semua manusia, Allah telah mewajibkan atasmu untuk haji, maka berhajilah kalian. Siapa yang berhaji karena Allah, lalu tidak berkata atau berbuat keji dan fasik, ia akan keluar dari semua dosa-dosanya bagaikan pada saat ia dilahirkan oleh ibunya. Dan, melakukan ibadah umrah hingga umrah tahun depan menjadi penebus dosa yang terjadi di antara kedua umrah itu. Sungguh, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR Bukhari dan Muslim).

Keutamaan berikutnya, harta yang dikeluarkan untuk biaya pergi haji akan diberi balasan (pahala) yang sama (nilainya) dengan pahala pembiayaan di jalan Allah SWT. Berkaitan hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Pembiayaan dalam perjalanan haji bagaikan pembiayaan di jalan Allah satu dirham diganjar dengan 700 kali lipat.“ (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Bagi jamaah yang meninggal dunia di dalam perjalanan ibadah haji sama dengan mati syahid. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang meninggal dunia dalam perjalanan haji maka ia seperti orang yang mati di jalan Allah.“ (HR Muslim).

Mendapatkan pahala jihad. Sekaitan dengan hal ini, Aisyah RA pernah berkata, “Kami berpendapat bahwa jihad adalah amalan yang paling utama, apakah kami tidak boleh berjihad?“ Nabi SAW bersabda, “Jihad yang paling utama adalah haji mabrur.“ (HR Bukhari).

Dan diampuni dosa-dosanya, sehingga sekembalinya dari Tanah Suci, jamaah haji yang dapat meraih predikat haji mabrur, ia seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya (bersih dosanya). Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan ibadah haji karena Allah dengan tidak melakukan rafats dan tidak berbuat fusuk, maka ia kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.“ (HR Bukhari dan Muslim).

Semoga kita termasuk orang-orang yang akan mendapatkan undangan dari Allah SWT untuk menjalankan ibadah haji pada tahun ini atau pada tahun-tahun berikutnya. Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement