REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pergaulan keseharian, seringkali kita merasa terganggu, tertekan, tersakiti, teraniaya, dari orang orang terdekat kita, seperti orang tua, anak, isteri, suami, mertua, menantu, adik, kakak, ipar, tetangga, besan, kerabat, sahabat, dan lain-lain.
“Banyak prilaku mereka yang sulit kita terima, bahkan tidak bisa kita pahami, kecuali bahwa mereka memang tidak tahu diri, tidak peduli, tidak mengerti dan sangat mengecewakan,” kata Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan, KH Mudzakkir M Arif Lc MA, Ahad (24/7/2016).
Namun, kata Mudzakkir, setiap kali menghadapi kekecewaan menghadapi perilaku orang lain, hendaklah seorang Muslim itu melakukan introspeksi diri. “Jika kita kecewa pada orang lain, sadarilah bahwa banyak juga orang yang kecewa pada kita. Kita sama-sama mengecewakan orang lain, bahkan saling mengecewakan dengan sengaja atau tanpa sengaja,” ujar Mudzakkir.
Inilah, kata Mudzakkir, ta'dib rabbani, pendidikan adab dari Allah kepada kita. “Allah mengajarkan kepada kita agar kita semakin sabar, semakin bijak, semakin pemaaf, semakin peduli, dan semakin adil. Karena itu, marilah kita membalas keburukan dengan kebaikan secara cerdas imani,” tutur KH Mudzakkir M Arif Lc MA.