Rabu 20 Jul 2016 05:17 WIB

Menutup Luka Rusuh Ambon: Damai Morella Mamala...!

Rep: selamat ginting/ Red: Muhammad Subarkah
Pesta budaya atraksi pukul sapu lidi Negeri Hausihu Morella, Maluku.
Foto:
Pesta budaya atraksi pukul sapu lidi Negeri Mamala, Maluku.

Yang dibutuhkan orang Maluku saat ini, bukan hanya perdamaian dan kerukunan pasif. Melainkan kerukunan dan perdamaian aktif, sebagaimana ungkapan orang Maluku. “Potong di kuku, rasa di daging. Ale rasa beta rasa, sagu salempeng dibagi dua.”

Pernyataan itu dikemukakan Gubernur Maluku, Said Assagaff pada acara buka puasa bersama, sholat bersama dan sahur bersama atas tercapainya perdamaian antara warga dua negeri, Morela dan Mamala, pada Ahad (26/6/2016) malam dan Senin (27/6/2016) . 

Lebih dari seribu warga negeri (desa) Mamala dan Morela  berkumpul di bawah tenda yang dibangun tepat di perbatasan antara kedua negeri. Tenda sepanjang sekitar 75 meter dibangun secara gotong-royong oleh masyarakat dua negeri bersama anggota TNI dan Kepolisian. Suasana tersebut menandai babak baru perdamaian dua negeri Muslim yang terlibat konflik, saling mencurigai, dan bermusuhan.

Pada April lalu, kedua negeri sepekat untuk mengakhiri permusuhan. Dalam kesepakatan perdamaian yang diinisiasi dan dimediasi Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen Doni Monardo itu, dibacakan butir-butir perdamaian.

Jika pada ritual perdamaian bernuansa adat dengan memotong kambing, maka kali ini semua warga berkumpul dalam suasana Islami. Semua peserta diajak bermunajab, berzikir memuji Allah, Tuhan semesta alam.

“Tempatnya di sini. Katong sadar, apapun juga katong ini basodara,” kata Raja Morela, Yunan Sialana. “Katong seharusnya malu, karena yang berinisiatif menyelesaikan konflik ini adalah orang luar Maluku, Jenderal Doni,” kata Raja Mamala, M Ramli Malawat, di sela-sela acara buka puasa bersama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement