Senin 18 Jul 2016 11:24 WIB

Banyak Sekolah Alkhairaat tak Beroperasi karena Minim Dana

 Jusuf Kalla (kedua kiri), dan Ketua Utama Pengurus Besar Alkhairaat, Habib Saggaf al Jufri (kedua kanan), menjawab pertanyaan wartawan seusai menggelar pertemuan di Palu, Sulteng, Kamis (12/6).
Foto: antara
Jusuf Kalla (kedua kiri), dan Ketua Utama Pengurus Besar Alkhairaat, Habib Saggaf al Jufri (kedua kanan), menjawab pertanyaan wartawan seusai menggelar pertemuan di Palu, Sulteng, Kamis (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU --  Ketua Utama Perguruan Islam Alkhairaat Habib Saggaf Aljufri mengungkapkan kesedihannya atas tidak beroperasinya sejumlah sekolah Alkhairaat karena ketiadaan dana untuk membayar guru.

"Banyak laporan yang saya terima secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu diantaranya banyak madrasah Alkhairaat yang sudah nonaktif," katanya di hadapan ribuan jamaah pada peringatan hari wafat (Haul) ke-48 tahun pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri di Palu, Ahad (18/7).

Menurut Habib Saggaf, banyak madrasah Alkhairaat tidak melaksanakan kegiatannya saat ini. Contoh terdekat adalah di Kabupaten Donggala, katanya pada acara yang dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, sejumlah gubernur dan bupati, pejabat yudikatif, ribuan alim ulama dan masyarakat dari berbagai penjuru nusantara itu.

Menurut cucu pendiri Alkhairaat itu, dua kecamatan di wilayah pantai barat, Kabupaten Donggala terdapat 12 unit madrasah yang tidak aktif lagi. Padahal, kata Saggaf, setiap desa minimal terdapat 100 kepala keluarga Muslim yang diharapkan bisa bergotong royong membantu beroperasinya pendidikan agama tersebut.

"Informasi yang saya serap, madrasah itu macet hanya karena gaji guru yang tidak sanggup dipenuhi oleh pengurus di sana. Ini sesuatu yang memalukan sebenarnya," katanya.

Saggaf mengatakan, dia sudah mengutus sejumlah tokoh di Alkhairaat untuk bertemu Bupati Donggala Kasman Lassa beberapa hari setelah Idul Fitri. Namun belum ada informasi terkait komitmen pemerintah daerah setempat untuk membantu beroperasinya sekolah Alkhairaat tersebut.

Menurut Saggaf, tidak beroperasinya sekolah agama itu merupakan masalah serius di tengah lebih dari seribu madrasah Alkhairaat yang sedang beroperasi di sejumlah provinsi di kawasan timur Indonesia. Ia berharap pemerintah daerah setempat bersama masyarakat dapat menemukan solusi sehingga sekolah agama yang telah dibangun tersebut dapat beroperasi kembali.

Keberadaan Alkhairaat sejak tahun 1930 di Lembah Palu hingga kini telah melahirkan jutaan murid yang mengenyam pendidikan melalui bangku Madrasah Alkhairaat. Sebagian warga Alkhairaat sudah mendapat posisi strategis di pemerintahan maupun di panggung politik bahkan di pergulatan ekonomi dan bisnis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement