Senin 11 Jul 2016 11:29 WIB

Hari Kemenangan Diaspora Indonesia di Negeri Seberang

Idul Fitri
Muslim Jepang

Sebelum menekuni pekerjaannya sebagai "Chief Translator Editor" pada salah satu perusahaan penerjemahan yang letaknya berdekatan dengan Aoyama Gakuin, Hanina juga pernah menetap di Jepang pada tahun 2012.

"Waktu itu pertukaran pelajar, pernah Lebaran juga di sini (Jepang). Dulu susahnya karena di Yokohama, untuk Shalat Id di KBRI agak jauh butuh waktu 1 jam perjalanan. Kalau sekarang sudah di Tokyo lebih dekat," tuturnya.

Menurutnya, hal menarik yang terjadi ketika Lebaran di Jepang ialah mengenai budaya dan aturan pekerjaan di negara tersebut.

Ia menceritakan, ketika umat Muslim selesai melaksanakan ibadah Shalat Id, mayoritas mereka akan kembali melakukan rutinitas harian seperti bekerja, kuliah, dan lain sebagainya.

"Untuk Shalat Id biasanya kami mencari yang terdekat dengan lokasi tempat tinggal, karena setelah shalat harus tidak libur, langsung masuk kerja," tutur Hanina, menjelaskan.

Hal senada juga disampaikan Dian Annisa, salah seorang WNI asal Malang (Jawa Timur) yang sudah menetap di Jepang sejak tahun 2014 untuk meraih gelar Master di Tokyo Gaikokugo Daigaku atau Tokyo University of Foreign Studies.

Dian mengaku, walaupun telah merayakan Lebaran beberapa kali di Jepang, namun rasa kesepian masih kerap dialami.

"Rasanya sih kalau dibilang sepi ya memang sepi, apalagi di Jepang Islam menjadi minoritas. Biasanya di Indonesia kita bisa libur, tapi di sini hari biasa," ujarnya.

Meskipun demikian, Dian merasa tetap terhibur karena banyak kawan sekomunitas yang turut merasakan hal serupa.

Selain itu, adanya dukungan dari keluarga di Tanah Air juga turut mendongkrak semangat Dian untuk menuntut ilmu di Jepang.

"Keluarga pun maklum karena tujuannya untuk belajar. Tapi memang setiap puasa pasti ditanya pulang atau tidak, kalau memang tidak bisa ya sudah," ucapnya, menceritakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement