REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah pernah mengemukakan kekagumannya kepada orang-orang Mukmin. “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)
Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan KH Mudzakkir M Arif, baik kesenangan maupun kesedihan merupakan sarana untuk menguatkan iman.
“Sama ketika kita berbahagia, saat bersedih juga adalah saat yang tepat untuk menguatkan iman. Karena kesedihan itu mengingatkan kita akan dosa dosa kita, lalu kita termotivasi bertaubat dan meningkatkan amal ibadah secara signifikan,” kata KH Mudzakkir kepada Republika.co.id, Jumat (8/7/2016).
Mudzakkir menambahkan, saat bersedih adalah saat hati lebih lembut, lebih rapuh, lebih ringkih. “Itulah saat hati yang berhidayah. Hati yang berhidayah itu mempercepat langkahnya kepada Allah Yang Mahakuat, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi,” tuturnya.
Mudzakkir mengemukakan, ketika hati sedih bertemu Allah, kesedihan itu menjadi imani, kelembutannya menjadi imani, menjadi kuat dan tegar secara imani. Air mata bisa saja mengalir deras, tapi ia menjadi penyubur iman di hati.
“Perjalanan menuju Allah itulah yang penting diperjuangkan. Pertemuan indah dengan Allah itulah yang penting dihayati. Mari bersama kita jadikan kesediahn sebagai motivasi penguatan iman efektif,” ujar KH Mudzakkir M Arif.