Rabu 01 Jun 2016 05:33 WIB

Gerakan Anak Mencintai Mushala Disambut Gembira

Rep: Sri Handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Anak-anak belajar mengaji di mushalla
Foto: Irwan Kelana/Republika
Anak-anak belajar mengaji di mushalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 75 anak usia TK dan SD, Sabtu (28/5), berkumpul dalam penutupan pengajian Gerakan Anak Mencintai Mushala. Kegiatan ini ditutup dengan sejumlah lomba, seperti lomba membaca doa untuk orang tua, lomba azan, dan hafalan ayat suci Alquran.

Gerakan Anak  Mencintai Mushala dirintis salah seorang warga, Erlan Syafri. Ia telah lama tinggal di lingkungan sekitar Mushala al-Huda, Jalan Kramat 1, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pria yang sehari-hari bekerja di bagian cargo perusahaan penerbangan multinasional ini mengaku prihatin akan kondisi mushala yang sepi di waktu-waktu shalat berjamaah.

“Saya lihat anak-anak kalau tiap sore pada main. Jarang berinisiatif anak-anak di sini bisa mengaji dan menjalankan shalat Maghrib berjamaah,” ungkap Erlan kepada Republika usai acara penutupan, Sabtu (28/5) di Jakarta.

Dengan biaya mandiri dan bantuan rekan-rekannya, Erlan memulai gerakan ini 1 Maret 2016. Ia berharap gerakan ini dapat memotivasti orang tua agar membina dan mengajak anak-anak mencintai Mushala.

Setiap Selasa dan Jumat, Erlan dan enam orang warga lain mengajar anak-anak mengaji Iqro, Alquran, dan membaca doa. Acara ini berlangsung dari Maghrib hingga Isya.

Awalnya ia hanya membatasi jumlah peserta sebanyak 20 orang, mengingat biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan acara ini tak sedikit.

Selain mendapatkan susu kotak setiap usai pengajian, anak-anak juga mendapatkan peci dan jilbab seragam. Dalam acara penutupan ini, mereka mendapatkan sertifikat, foto bersama, serta hadiah.

Anak-anak tampak antusias. Selain mendapatkan kegiatan baru yang lebih bermanfaat, mereka juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya, dengan bimbingan para ustaz. Pada penutupan acara, jumlah peserta membengkak hingga 75 orang.

Menurut Erlan, kehadiran anak-anak pada Selasa dan Jumat tampak sangat menghidupkan suasana Mushala. Walau mereka tak henti membuat keriuhan, jumlah jamaah yang biasanya hanya dua shaf bisa membludak pada dua hari tersebut.

“Ada senang, ada kesal, ada gembira. Senengnya kalau sore-sore melihat mereka sudah siapin bangku buat ngaji,” kata Erlan.

Tak hanya anak-anak, gerakan ini juga mendapat respon positif dari orang tua. Selama perlombaan, mereka tampak antusias menyaksikan anak-anak tampil. Mereka mengaku senang karena anak-anak yang dulu lebih senang bermain, kini mau memakmurkan mushala.

Sayangnya, Erlan hanya mampu membiayai gerakan ini selama tiga bulan. Pascapenutupan, ia akan berkoordinasi dengan DKM dan pengurus wilayah sekitar mushala untuk menentukan keberlanjutan Gerakan Anak Mencintai Mushala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement