Rabu 25 May 2016 04:53 WIB

Kisah PKI Memusuhi Kalangan Santri

Rep: selamat ginting/ Red: Muhammad Subarkah
Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.
Foto:
Massa PKI ditangkap di Madiun 1948.

Propaganda PKI untuk menghancurkan umat Islam terus dilakukan dengan cara menciptakan kampanye antikiai. Ulama digambarkan sebagai tikus yang harus dibasmi. Secara nyata, ilustrasi itu tertulis dalam pamflet yang dipasang di berbagai titik keramaian.

Melihat kondisi bangsa yang terancam dominasi komunisme, naluri Khoirun muda yang saat itu menjadi santri di Pondok Pesantren Tegal Sari Ponorogo, bergolak. Terlebih, saat dia mengetahui ada 16 orang santri di Pondok Mermo yang dibantai oleh PKI. Tak hanya di Madiun, Khoirun juga melanglang buana ke berbagai tempat di wilayah Jawa Timur. Tujuannya cuma satu: mencari dan membunuh anggota PKI.

 

Pengalaman terburuk dia alami saat berperang di wilayah Banyuwangi. Khoirun mendapati kenyataan mengerikan, 43 warga Nahdatul Ulama (NU) diracun, dibantai, dan dimutilasi secara bersamaan. Upaya Khoirun mencari dan mengejar PKI pembunuh rekan rekannya harus dibayar mahal.

 

Dalam perjalanan mengejar para pembunuh, ia dan sembilan rekannya terjerat dalam jebakan yang dipasang anggota PKI. Tak ada pilihan lain, kecuali melawan dan terlibat aksi saling bunuh dengan anggota PKI. Namun, karena kalah jumlah orang, perlawanan Khoirun dan rekan-rekannya terhenti.

 

Mereka yang ditawan, disiksa dan di bakar dalam tungku berbahan kulit gabah yang terus-menerus menyala. Seusai dibakar, tubuh 10 pejuang anti-PKI ini diseret ke suatu tempat yang jauh, dengan siksaan tiada henti dari anggota PKI yang kebetulan me lintas di jalan.

 

Dalam kondisi sangat lemah, seluruh kulit tubuh terkelupas, Khoirun dan rekan-rekannya dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan oleh PKI. Tubuh-tubuh tak berdaya itu dilemparkan ke lubang sedalam 12 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement