REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Aisyiyah meneguhkan posisinya sebagai sebuah gerakan muslim untuk kepentingan bangssa dan kemanusiaan universal.
‘’Sebenarnya posisi strategis ini sudah melekat pada diri gerakan Aisyiyah, tetapi perlu kita kuatkan dan internalisasi dalam Aisyiyah,’’ kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Sitti Noordjannah Djohantini di hadapan 800 peserta Rakernas Aisyiyah, Sabtu (23/4).
Menurut Noordjannah, hal itu terkait dengan bagaimana Aisyiyah merespon berbagai persoalan yang ada di masyarakat seperti persoalan sosial ekonomi.
‘’Kalau kita ikuti pendapat di media sosial Muhammadiyah yang ikut mendampingi terkait dengan terduga teroris Siyono, seakan kita membela teroris. Namun sudah ditegaskan Pimpinan Pusat Muhammadiyah siapapun yang meminta pendampingan dan meminta dukungan mencari rasa keadilan, tidak boleh ditolak oleh Muhammadiyah,’’ungkap Noordjannah menegaskan.
Demikian pula dengan Aisyiyah tetapi Aisyiyah bukan pro teroris. Terkait dengan persoalan Siyono, anak di Klaten trauma dan Aisyiyah sudah merespon. Tetapi Aisyiyah bukan karena dekat dengan yang tidak dibenarkan oleh Islam dan yang difahami Muhammadiyah.
Di banyak tempat juga banyak persoalan terkait dengan kekerasan anak dan perempuan . Karena itu posisi Aisyiyah meneguhkan sebagai kembali sebagai gerakan perempuan muslim untuk kepentingan buat bangsa yang universal dan bukan untuk kepentingan Aisyiyah sendiri.
Untuk itu Majelis dan Lembaga akan menjadi pilar yang sangat strategis dalam menghadapi seluruh pesoalan yang ada di masyarakat. Majelis dan lembaga pilar dalam meneguhkan gerakan.