REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Menjadi imigran yang mengadu nasib di negeri orang lain snagatlah tidak mudah. Seperti Nasir bin Zakaria, Muslim Rohingya yang akhirnya menemukan tempat tinggal di Amerika Serikat.
Saat berusia 14 tahun, Nasir diculik oleh militan di wilayah Miyanmar barat, hal ini disebabkan dia merupakan keturunan etnis Muslim Rohingya yang menjadi minoritas di negara mayoritas beragama Budhha. Dia menghabiskan malam di kamp militan sebelum melarikan diri ke Malaysia, dan terpaksa tidak pernah melihat orang tuanya lagi.
Setelah bertahun-tahun berlalu, Nasir sudah berusia 45 tahun, dan bersam 1.000 pengungsi Rohingya lainnya sudah menemukan rumah abru di Chicago yang mulai berdatangan sejak 2013. Sebagian besar sekitar 300 keluarga Rohingya di Chicago hidup di lingkungan Rogers Park dan Albany Park. Sampai sekarang, mereka sudah banyak membantu menavigasi kehidupan Chicago.
"Kami aman di sini, di AS Kita bisa menjalankan agama kami. Cara kita dapat mengatakan 'terima kasih' adalah dengan menjadi terdidik. Dan memastikan anak-anak kita dididik," kata Nasir dikutip dari Chicagotribune, Ahad (17/4).
Tahun ini, penduduk Rohingya tumbuh cukup pesat sehingga membuat organisasi Zakat Foundation of America, sebuah organisasi nirlaba Islam, untuk men-sponsori pembukaan Rohingya Cultural Center, sebuah bangunan di Rogers Park dilengkapi dengan ruang pertemuan dan komputer. Pusat kegiatan ini sudah mulai dibuka sejak 9 April.
Rohingya Cultural Center menjadi tempat untuk keluarga Rohingya untuk bisa belajar bahasa Inggris bagi anak-anak dan mempersiapkan diri untuk tes kewarganegaraan. Di samping itu, tempat ini juga menjadi ruang ibadah dengan untuk mengajarkan membawa Alquran bagi orang dewasa dan juga anak-anak.
Dengan adanya fasilitas yang mendukung, diharapkan Muslim Rohingya yang berada di Chicago dapat menjadi pusat komunitas. Mereka akan berkumpul di Devon Avenue dan membuat Chicago lebih menarik lagi untuk permukiman Muslim Rohingya ke depannya.